Jodjana Jody, Komparasi Kemacetan di Negara Lain

Editor - Kamis, 28 Oktober 2010 | 10:32 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Bicara tentang kemacetan, rupanya tidak saja membuat gerah para pemakai kendaraan bermotor yang tiap hari nyetir sendiri. Jodjana Jody, CEO Auto2000, juga turut prihatin atas problem kemacetan di Ibu kota yang seakan tak kunjung terpecahkan.

Ketika ditemui pada acara launching New Toyota Rush (6/10), pria tegap ini membandingkan pengalamannya saat berkunjung ke negara-negara di sebagian Benua Eropa dan Amerika. “Kemarin saya ke sana macet juga,” selorohnya setelah mengadakan studi bersama grup Astra di sejumlah kota mancanegara.

Bedanya dengan kondisi lalu lintas di Jakarta, tidak adanya iringan pengendara roda dua yang punya etika buruk. Menurutnya, walaupun macet dalam kategori berat, namun antrean kendaraan dapat berjalan lancar. “Mobilnya juga banyak, tapi orang-orangnya tertib dan lebih teratur,” ujar pria yang lebih sering gunakan moda transportasi bus saat berada di sana.

Alternatif transportasi massal seperti subway dan MRT (Mass Rapid Transport) menjadi favorit di kala kemacetan terjadi. “Selalu penuh terus,” lanjutnya sambil menceritakan pengalamannya bersama rombongan saat hendak ke lokasi Paris Motor Show 2010. “Menggunakan bus bisa menghabiskan waktu 1 jam. Sedangkan jika pilih MRT cukup 40 menit saja untuk tujuan yang sama,” imbuhnya.

Di Jakarta, Jodjana menyebut transportasi massal merupakan solusi terbaik. Ia mendukung program busway, sambil berharap ketegasan pemerintah kota terhadap pengendara yang memanfaatkan jalur busway. Ia juga menyetujui ERP (Electronic Road Pricing).

Di semua negara maju yang punya problem kemacetan juga ada kebijakan ini. Begitu pun tarif parkir yang rencananya akan dinaikkan hingga lima kali lipat. Pengakuannya, tarif parkir di Indonesia termasuk paling murah. Bandingkan kota-kota di negara maju yang bahkan menetapkan tarif satu dollar AS per jamnya.

Ia tak khawatir kebijakan tersebut bakal mempengaruhi penjualan mobil. Teorinya, orang punya uang untuk mencari kenyamanan hidup. Setelah orang mampu beli rumah, pastinya akan membeli mobil. “Orang bisa saja beli mobil hanya digunakan saat weekend saja, jadi tidak terlalu pengaruh sama penjualan,” yakinnya.

Penulis/Foto: Anto / Dolok