|
OTOMOTIFNET - Banyak anggapan berkendara di jalan tol itu aman, nyaman dan cepat tiba tujuan. Apakah benar? Salah besar! Jalan bebas hambatan bukan berarti Anda bisa melaju kendaraan dengan sesuka hati, tanpa mementingkan faktor safety diri sendiri maupun pengendara lain.
Mungkin Anda pernah melihat sendiri ataupun menyaksikan kecelakaan lalu lintas di jalan tol melalui tayangan televisi. Betapa hebatnya tingkat kerusakan mobil yang terjadi jika kecelakaan dibanding kecelakaan di jalan umum biasa.
Menurut Momon S. Maderoni, kecelakaan di jalan tol terbanyak disebabkan oleh tiga faktor. “Faktor kendaraan, pengemudi dan perilaku pengemudi,” jelas instructor Indonesia Smart Drive Vehicle Management Consulting.
Mau aman, nyaman dan tiba sampai tempat tujuan dengan selamat, tak ada salahnya memerhatikan beberapa ulasan dan tips di bawah ini.
Penyebab Dan Akibat
Mari kita jabarkan satu persatu ketiga penyebab kecelakaan di tol di atas. Faktor pertama adalah kendaraan. Yang paling sering dijumpai atau dialami yakni pecah ban.
“Saat ban pecah, pengemudi enggak mampu mengendalikan kendaraannya. Efeknya bisa terbalik atau bertabrakan dengan kendaraan lainnya,” jelas Momon.
Faktor yang menyebabkan pecah ban di jalan tol itu, pertama, karena kelebihan beban. Misalnya saat mudik, banyak kendaraan yang dibebani penumpang maupun barang berlebihan.
Niatnya sih baik, mau menghemat dengan ngangkut keluarga dalam satu kendaraan (plus barang bawaan), tapi apa jadinya jika mobil overload melebihi payload (daya angkut kendaraan).
Kedua, tekanan angin ban kurang. Ban termasuk bagian dari mobil yang bekerja berat, berputar, membelok, mendapat tekanan sebagai tumpuan ke tanah. Tapi tidak sebanding dengan perhatian yang diberikan terhadapnya.
Tingkat kerusakan lebih dahsyat dari kecelakaan dijalan biasa |
Kontrol kondisi sekitar sangat penting |
Wajib hukumnya mengecek tekanan angin ban |
“Misalnya memerhatikan tekanan angin, kondisi kembang, kemampuan beban maksimum, batas kecepatan maksimum, usia laik pakai dengan memerhatikan tahun produksinya,” imbuh pria yang doyan adventure off-road ini.
Menurut Momon, berdasarkan data Asosiasi Automobil Amerika, setiap 3 bulan, ban akan berkurang tekanannya sebesar 2,9 psi. Dengan pengurangan itu, menyebabkan 1% boros bahan bakar, 5% kerusakan ban dan 75% menyebabkan kecelakaan.
Sementara itu, faktor pengemudinya. Dijelaskan Momon, lebih disebabkan karena kelelahan. Tingkat kelelahan dapat terjadi dari mulai sekedar mengantuk sampai tertidur dengan mata terbuka.
“Tertidur dengan mata terbuka adalah kondisi yang sudah sangat lelah. Walaupun matanya terbuka, tapi pikiran sudah tidak di jalan lagi, sehingga kendaraan tidak terkontrol,” beber pria yang sudah men-training 20 perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, oil & gas, perkebunan, ATPM, dealer mobil, rental car, leasing, alat berat dan asuransi ini.
Ia mengilustrasikan, jika kondisi pengendara lelah dan tertidur 1 detik dalam kecepatan kendaraan 72 km/jam, ini berarti kendaraan tak terkendali sepanjang 20 meter. Dapat dibayangkan kalau di depan ada kendaraan lain atau tikungan dan di ujung tikungan adalah jurang. Ngeriiii..
Selain itu, perilaku buruk pengemudi pun jadi faktor ketiga penyebab terbesar kecelakaan di jalan tol. Momon menyontohkan pengemudi ugal-ugalan, gak peduli keselamatan diri, penumpang maupun pengendara lain serta memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Tau gak, melaju kecepatan tinggi di jalan bebas hambatan akan menimbulkan efek yang dahsyat jika terjadi tabrakan. Belum lagi, zig-zag layaknya boom-boom car, menyalip dari kiri ke kanan atau sebaliknya dapat beresiko celaka bagi pengendara lain.
Padahal, semua jalur di jalan tol itu ada peruntukannya. Misal bahu jalan hanya untuk kondisi darurat. Jika dipakai untuk umum apa jadinya jika ada ambulans pengin lewat.
“Pernahkah terpikir kalau di dalam ambulans ada keluarga kita yang membutuhkan pertolongan segera, tapi terpaksa tersendat karena terganggu kendaraan kita berjalan di bahu jalan,” tanya pria kelahiran Majalengka, 23 Oktober 1958 ini.
Atau, jalur paling kanan yang gunanya hanya untuk mendahului. Kata Momon, saat di jalur kanan, secara psikologis kita merasa terburu-buru atau diburu-buru kendaraan di belakang kita.
Sehingga tidak mustahil menjadi faktor penyebab kecelakaan karena kondisi berkendara kita relatif tidak tenang. “Lebih bijaksana gunakan jalur tengah bila tidak sedang mendahului.”
Penulis/Foto: Pj / Salim, Reza