|
OTOMOTIFNET - Berdasar hasil Munas Indonesia Off-road Federation (IOF) 2010, di Jakarta (26-27/6), pucuk pimpinan periode 2010-2014 berganti dari Mayor Jenderal Marinir (Purn.) Djoko Pramono S.IP, MBA ke Jenderal Pol. (Purn) H. Drs. Roesmanhadi SH, MA.
Yang baru dari Munas tersebut selain pimpinannya, juga nama jabatannya. Biasanya dipegang oleh President IOF, tapi mulai tahun ini berubah nama jadi ketua umum yang kini dipegang oleh mantan Kapolri itu.
“Di daerah, IOF sekarang tak lagi dipegang oleh Komda, tapi Pengda. Jadi sekarang saya bukan lagi president IOF, tapi ketua umum IOF,” katanya.
Sebagai ketua umum IOF baru, Ia menekankan akan membuat IOF makin eksis sebagai lembaga sosial dan hobi bagi anggotanya. “Kita ingin mendudukkan IOF lebih eksis. Sering ada yang berprasangka bahwa kita itu lembaga olahraga prestasi. Sedangkan kita olahraga hobi dan non kompetisi. Kegiatan yang lebih banyak ke pariwisata, lingkungan hidup, sosial,” jelas kelahiran Madura 64 tahun silam ini.
Untuk itu, segala sumber daya akan dikerahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dari menegaskan aturan organisasi, koordinasi dengan lembaga lain sampai pembentukan divisi roda dua dan wisata.
“Bagaimana kita dengan rule itu bisa menjaga lingkungan, safety diperhatikan. Kita akan berkoordinasi dengan organisasi yang mendukung seperti ORARI, Wanadri, dan sebagainya. Kita ini kan bisanya nyopir, kalau untuk yang manjat-manjat itu kan bukan kita, ada ahlinya,” lanjut pehobi off-road yang juga ketua umum IMBI (Ikatan Motor Besar Indonesia) ini.
Untuk itu, IOF siap menjadi elemen pendukung untuk merespons bencana ataupun promosi wisata dengan menggelar event-event berskala internasional. Tapi diakuinya, tantangan gak kecil. Terutama berkaitan dengan birokrasi pemerintah. Seperti berkaitan dengan masuknya kendaraan dari luar. Perlu prosedur yang memakan waktu dan biaya yang tidak kecil, seperti jaminan uang sampai ratusan juta.
“Mestinya enggak usah sampai begitu. Kita ini sebenarnya menjual lewat event. Tapi kalau orang asing yang mau ikut, prosedurnya kayaknya kok susah banget. Itu salah satu kelemahan kita, koordinasi kurang atau bagaimana saya kurang jelas. Itu hambatan kalau kita mendatangkan untuk event, peserta dari luar itu,” papar Roesmanhadi.
Sebagai lembaga dengan basis komunitas hobi, Roesmanhadi menyebut, IOF butuh dukungan nyata pemerintah, “Kita ini ingin menjual lewat aspek wisata, tapi di lain pihak, aturan, undang-undang dari instansi atau departemennya tidak mendukung. Akhirnya kita selalu mengalami kesulitan. Saya bisa mendatangkan orang, tapi kita butuh bantuan.”
Penulis/Foto: Nawita / Nawita