Kontroversi performa motor CRT (Claiming Rule Team) yang tidak akan bisa menyaingi performa motor prototipe di MotoGP, memang sudah jadi pokok bahasan sejak regulasi CRT diluncurkan. Itu terbukti ketika sesi tes bersama pertama kali di Sirkuit Mugello, Italia pertengahan 2011. Performa motor CRT berselisih 4 detik di belakang motor prototipe.
Setelah menjalani beberapa kali sesi pengetesan, motor CRT masih belum mampu memberikan persaingan pada motor prototipe. Kondisi ini tentu membuat banyak pihak mulai berpikir tentang jarak yang tercipta pada saat balapan berlangsung nanti.
Akhir tahun 2011, Carmelo Ezpeleta sebagai CEO Dorna Sports (promotor MotoGP) pun mengeluarkan pernyataan untuk mengurangi putaran mesin (RPM) di MotoGP beserta ECU (Engine Control Unit) pada mesin. Namun tidak serta-merta ide ini disepakati tim-tim pabrikan di MotoGP, khususnya pembatasan ECU.
Lebih detail Lin Jarvis direktur Yamaha di MotoGP menjelaskan bahwa sistem kelistrikan adalah bagian dari pengembangan teknologi kendaraan, yang juga berfungsi untuk sistem safety pembalap di MotoGP. Jika ini dibatasi, justru akan berdampak pada pembalap. Tapi kalau pembatasan RPM, masih masuk akal, meski bertolak-belakang dengan keinginan Ezpeleta.
“Saya tidak mau jika motor CRT sama dengan prototipe, tapi setidaknya CRT bisa lebih dekat di belakang motor prototipe. Makanya saya ingin ada beberapa pembatasan untuk musim balap 2013 pada motor prototipe. Hal lain yang perlu diingat adalah, MotoGP tidak perlu teknologi menaikkan performa besar-besaran. Selain karena berbahaya bagi pembalap, juga mahal kemudian ditinggalkan,” ujar Ezpeleta.
Sayangnya belum ada solusi selain pembatasan ECU dan RPM. Mungkin ceritanya akan lain jika motor CRT dapat kebebasan dalam menggunakan teknologi transmisi diluar pakem MotoGP selama ini. Seperti sistem dual clutch atau semacamnya. Entahlah! Kita tunggu solusi yang sedang dirumuskan tim pabrikan dan promotor. (otosport.co.id)