Trend Modifikasi Custom Culture: Dari Jepang Sampai California

Editor - Senin, 7 Juni 2010 | 12:34 WIB

(Editor - )


OTOMOTIFNET - Setelah trend modifikasi japs style menjamur di kalangan penunggang motor batangan, belakangan gaya dan aliran lain ikut bermunculan. Tak hanya motor, malah beberapa komunitas sudah terlena sampai mengikuti lifestyle-nya.

Adalah kustom culture, trend modifikasi di motor batangan yang datang dari berbagai aliran modifikasi mancanegara dan hijrah ke Indonesia. Sebut saja street tracker, Japanese chopper, café racer, british, scrambler, choppy cub sampai aliran so’cal alias south California nimbrung jadi satu.

OLD SKOOL
Bila ditarik benang merahnya, semua aliran di atas tampil dengan gaya minimalis dan sentuhan old skool. Awalnya, khalayak yang masih awam hanya tahu gaya japs style yang notabene tidak jauh dari aliran street tracker. 

“Tapi belakangan para modifikator sudah mulai berani berimprovisasi dari gaya-gaya lain yang lebih radikal,” jelas Bekti dari bengkel Da’K Garage.

Namun, di masyarakat umum, istilah japs style sudah terpatri sehingga aliran-aliran lain jadi ikutan dicap japs style.

Keadaannya sekarang, hampir semua gaya modifikasi di atas ada dalam satu komunitas. Nah, karena banyaknya aliran tersebut, belakangan istilah kustom culture dipakai untuk sebutan yang lebih general.


Street Chooper, Sasis belakang wajib di-Chop (pangkas)

Aliran Street Tracker, lebih dikenal dengan sebutan Japs Style di Indonesia

Aliran So-Cal. adaptasi dari gaya dan lifestyle south California

Sebut saja komunitas Street Demon Jakarta yang anggotanya bergaya bobber sampai street chopper. Selain itu ada juga Street Kustom Syndicat yang dihiasi oleh motor-motor street tracker dan Japanese chopper.

Selain Jakarta, anak-anak Bandung juga enggak kalah heboh. Ada Street Demon Bandung yang anggota sudah mencapai puluhan member. Masalah bengkel modifikasi, Yasashii Garage langganan menerima order motor dengan barbagai aliran kustom culture ini. Beberapa gaya motor yang dibuatnya terinspirasi dari bengkel sohor di Jepang, yakni Bratstyle.

SASIS BULAT
Bila merujuk pada gaya ubahan yang sudah disebut tadi, tentu gaya-gaya di atas lebih klop diaplikasi pada motor bersasis bulat atau non-deltabox. Kalau di Jepang, motor kayak Yamaha XS650 masih jadi favorit. Namun begitu, kustom culture gak dibatasi pada satu merek atau jenis motor saja.

Bisa motor merek atau buatan Jepang, Inggris maupun Amerika seperti Harley-Davidson. “Tapi kalau di Indonesia, basis motornya masih didominasi buatan Jepang seperti generasi Honda CB dan Binter Mercy sampai yang terbaru yakni Honda Tiger, Yamaha Scorpio dan Suzuki Thunder 125 atau 250,” sahut Agung Wibawanto dari komunitas Street Demon Jakarta.

Kalau masalah gaya, tinggal selera yang bicara. Buat yang suka dengan tampilan motor agak tinggi, bisa pilih gaya japs style, street tracker atau scrambler. Gaya ini identik dengan ban gambot berprofil tinggi, setang lebar, tangki dan sepatbor depan belakang berukuran mini.

Mau agak ngegrank (gahar)? Bisa tengok tampilan japanese chopper (motor Jepang bergaya chopper) atau yang lebih familiar dengan sebutan bratstyle di Indonesia.

“Kebanyakan motor Jepang dibikin chopper dengan tetap mempertahankan sasis standar dan tetap memakai sokbreker belakang,” tambah Franky dari Yasashii Garage, di Bandung.

Terakhir ada gaya café racer. Simpelnya, style ini diadaptasi dari tampilan motor balap zaman dulu. Gak hanya tampilan. Kalau mengikuti pakem sesungguhnya, performa mesin juga harus kuenceng beneran!

Mau ikutan? Nah pastinya budget jadi pertimbangan. Agung bilang, “Kalau masalah modal sih relatif. Yang pasti dengan dana Rp 2 juta saja sudah bisa bergaya sekaligus bergajulan. Hehehe...,” candanya.

Angka segitu dengan catatan kondisi mesin dan kaki-kaki motor masih oke. Artinya, sang builder hanya tinggal mengganti bagian-bagian penting seperti ban tangki dan sepatbor depan-belakang.•Atenx (

Penulis/Foto: Atenx / Atenx