Angkat Tema Budaya Bangsa, Dua Motor Modif Indonesia Berlaga Di Yokohama Cool Breaker 2010

Editor - Jumat, 28 Mei 2010 | 09:54 WIB

(Editor - )

OTOMOTIFNET - Satu lagi, dua motor modifikasi anak bangsa berangkat ke event kompetisi modifikasi motor custom dunia, Yokohama Cool Breaker 2010 di Jepang, (30/6). Diwakili Suzuki Thunder GSX250 2003 karya Fajar Anand dan Harley Davidson (H-D) Sportster 1.200 cc 2007.

Walau gelaran itu punya standarisasi yang ketat dan hanya khusus motor H-D, mereka memberikan tempat untuk memamerkan karya builder Indonesia di luar label H-D. “Setelah melalui serangkaian lobi dan support dari U Mild akhirnya kami diberikan kesempatan untuk hadir di sana dan memamerkan motor di luar H-D. Sebuah kebanggaan tersendiri,” ujar Lulut Wahyudi, builder Retro Classic Cycles (RCC), Yogyakarta.

Pastinya, memang hanya motor garapan Lulut yang bertemakan Indonesia Heritage yang ikut kontes modifikasi Cool Breaker. Sedang Thunder GSX250 milik Haidar Rusdian bertemakan budaya Dayak yang juga pemenang kontes modifikasi U Mild U Bikers Fastrack 2009, sebagai partisipan eksibisi.

Kedua motor itu punya karakter kuat kebudayaan Indonesia. Seperti Sportster Lulut. Walau diakui digarap cuma 2,5 bulan, tapi tema yang diusung kental budaya Jawa. Ornamen ragam motif batik seperti Parang Rusak, Kawung, Truntum, Jlamprang tampak tertata rapi pada tangki, fender dan bagian lain.

“Orang Jawa itu pasti kenal dengan batik. Saya serap filosofinya dan saya tuangkan ke bagian motor dengan proses pembuatan seperti membatik. Alatnya pakai pena kecil dan digarap di atas metal. Perlu ketelatenan dalam menggarapnya,” akunya.

Begitu pun detail mesin tergarap sempurna bak relief sebuah candi yang idenya dari candi Prambanan. Uniknya, dibuat mirip warna batu candi serta detil relief timbul. Singkatnya beberapa bagian yang menonjol layaknya sebuah relief candi perlu dilakukan dengan menambah “daging” pada mesin untuk bisa dipahat layaknya sebuah batu candi.

Untuk detil painting terinspirasi dari roda kereta pusaka. Kesan mewah makin kental akibat lapisan gold plate yang berada di pelek, suspensi springer, tuas persneling dan lainnya. “Coba flashback, mungkin begini lah detil motor bila dibangun pada zaman Prambanan dulu,” bangga Lulut.

Tak kalah Thunder garapan Fajar Anand. Untuk sisi teknis penggarapan builder asal Bandung, Indra Pranajaya terlibat di situ. Gayanya mengarah ke board tracker. Uniknya sistem supsensinya, karena adopsi per daun Land Rover yang sekaligus berfungsi sebagai sepatbor.

Mirip Lulut, Anand mencoba mengangkat kultur budaya Dayak. Maklum, baik Anand (builder) dan Haidar (pemilik Motor) dari Kalimantan Timur. Terlihat dari bentuk Tameng yang terpasang pada depan stang serta penggambaran burung Enggang, yakni burung cantik peliharaan para dewa dan menjadi lambang suku Dayak.

Singkatnya, sebuah prestasi membanggakan hasil karya builder kita bisa unjuk gigi di Jepang.

Penulis/Foto: Gombak / Gombak