Cheetah sendiri dikerjakan oleh Don Osmond dan Bill Thomas, yang menjadi mekanik sekaligus pembalapnya. Kepada GM, Thomas meminta agar dirinya dibantu untuk membangun mobil yang kompetitif dengan berbasis sportscar, Chevrolet Corvette.
Pengembangan di sektor bodi yang lebih ringan dan aerodinamis, tak heran jika bobot Cheetah diklaim lebih ringan 150 kg dari AC Cobra.
Bahkan dengan pemasangan mesin yang lebih mundur, Cheetah diyakini memiliki distribusi bobot yang sempurna. Tentunya konsekuensinya adalah bentuk moncongnya yang panjang dan pipih, serta kokpitnya yang sempit.
Selain itu, suhu mesin yang luar biasa panas juga dapat menjalar ke dalam kokpit. Sehingga Cheetah mendapat predikat, mobil balap yang paling tidak nyaman dikendarai saat balap.
Tapi percaya atau tidak, mundurnya posisi mesin membuat Cheetah tidak lagi membutuhkan driveshaft untuk menggerakan roda belakangnya. Sebab mesin V8 bervolume 6.3 liter ini langsung menghubungkan girboks dengan as roda belakang melalui perangkat limited slip differential.
Oiya, mesin milik Corvette yang dicangkok pada Cheetah diyakini mampu menyembur tenaga lebih dari 500 dk, atau 100 dk lebih buas ketimbang AC Cobra. Hal ini menjadikan Cheetah tak tertandingi di lintasan lurus, baik oleh AC Cobra maupun Ferrari 250 GTO.
Sayangnya, nama Cheetah sekali lagi harus terkubur oleh bayangan AC Cobra. Pasalnya, untuk mengikuti ajang SCCA pada 1963, setidaknya Cheetah harus membuat 100 unit mobil untuk memenuhi homologasi tersebut. Sedangkan Cheetah baru menyelesaikan 20 unit saja.
Sialnya lagi, saat mendekati produksi 100 unit di penghujung 1964, pada kompetisi 1965 SCCA mewajibkan peserta untuk memproduksi minimal 1.000 unit. Tentunya, hal ini membuat GM menyerah untuk menyelesaikan proyek Cheetah. (mobil.otomotifnet.com)