Latihan Balap Saat Puasa, Riset Membuktikan

billy - Kamis, 4 Agustus 2011 | 12:41 WIB

(billy - )


Dua tahun lalu Doktor Yacine Zerguni, Anggota Komite Medis FIFA, lembaga tertinggi sepak bola dunia dan CAF (Konfederasi Sepak Bola Afrika) bikin riset. Penelitiannya efek puasa di bulan Ramadhan untuk pemain bola profesional yang muslim. Diambil dua pemain bola papan atas dari Aljazair yang memang tetap puasa meski jadwal pertandingan ketat.

Riset yang dilakukan Yacine melibatkan efek biologis, klinis, dan kejiwaan atlet sebelum, selama, dan setelah bulan puasa. “Melatih diri fisik dan mental jadi sangat disiplin. Badan bebas dari kondisi yang tidak prima dan tindakan yang agresif. Artinya, latihan selama berpuasa di bulan Ramadhan sangat baik untuk atlet profesional,” beber Yacine.

Yacine juga menambahkan, Ramadhan periode pembersihan dan meditasi diri. Termasuk saat regenerasi sel menjadi baru di dalam badan manusia. “Puasa tidak untuk penyiksaan diri,” jelas Yacine.

Ok deh Yacine. Ente memang jempol. Mantap meneliti. Apa yang ente lakukan bisa dijadikan ukuran buat pembalap motor Indonesia. Dampak positif melakukan ibadah puasa bukan cuma buat organ biologis, juga mental dan kejiwaan.  “Terpenting ada latihan adaptasi puasa sebelum dan sesudahnya. Supaya, usai  Ramadhan energi tidak terkuras jauh,” beber Yacine.

Puasa memang bukan halangan untuk tetap berlatih. Apalagi, pembalap profesional selalu berlatih sesuai jadwal dan terpola supaya tetap prima. Seluruh organ tubuh dan mental  digunakan saat memperebutkan tempat pertama. Karena itu pasang strategi waktu puasa. Atur jadwal latihan.

Setiap pembalap berbeda-beda jadwalnya. Jelas, saat latihan pakai kuda besi tunggangannya. “Latihan fisik tetap. Cuma waktunya yang diganti. Latihan motor dikit dikurangi tapi jadi lebih sering. Di luar puasa 3 jam sehari dan 4-5 kali dalam seminggu, pas puasa 1,5 jam megang motor jadi 6-7 kali seminggu,” beber Agi Agassi, crosser nasional.

Pembalap tentunya ada perbedaan dari pemain bola. Atlet sepak bola tidak membawa dan bermanuver dengan alat seberat motor kayak SE atau motor apapun yang beratnya lebih dari 90 kg. “Saya sendiri seminggu awal puasa stop dulu latihan fisik atau pegang motor. Setelah itu baru latihan. Latihan dengan motor 15-20 menit. Jadwalnya saya pakai menjelang buka puasa,” urai Deni Orlando, crosser nasional yang sudah berumur 35 tahun.

 Menunggu bedug Maghrib sembari melatih dengan motor
Memang, ukuran crosser paling berat melatih diri menggunakan SE di saat puasa. Kecepatan, keseimbangan, berat, dan power SE dibutuhkan kondisi fisik yang prima. “Mesti tahu diri. Pernah saya paksakan latihan dengan motor waktu puasa. Mendadak jatuh tanpa sebab. Mungkin karena fisik dipaksakan,” kata Asep Lukman Efendi, crosser andalan Mahkota Power Emana GM dari Boyolali, Jawa Tengah.

Asep sendiri paham risiko memaksakan training menggunakan motor melewati kondisi fisik sewaktu puasa. “Bisa celaka. Beda kalau memaksa latihan fisik pas puasa. Paling muntah atau pingsan ekstremnya,” kata Asep.

Waduh...

Butuh MOtivasi
Crosser dan roadracer sama-sama balap motor, secara kebutuhan latihan pakai motor, crosser lebih banyak. “Rutinitasnya lebih banyak crosser, dibanding saya balap supersports. Tapi, selama puasa saya pakai SE untuk latihan,” kata M. Fadli, rider 600 cc dari tim Kawasaki Manual Tech Beet, Cibinong.

Selama Ramadhan, Fadli tetap berpuasa. Baginya, puasa hanya mengubah jadwal latihan. “Motivasinya, tetap latihan dan tetap puasa. Mudah-mudahan enggak ada masalah,” beber Fadli.

Fadli setuju puasa hanya mengubah jadwal latihan aja. Di saat puasa energi disimpan 1,5 jam sebelum bedug Maghrib. “Denyut nadi akan susah optimal, jika motivasi latihan menurun di saat puasa,” kata Fadli yang latihan fisik di IMI Racing Academy, Pondok Cabe.  (motorplus-online.com)