Mobil Toyota Era-90, Back to the Future

billy - Senin, 14 Februari 2011 | 12:10 WIB

(billy - )



Jakarta - Back to the future bisa jadi sebutan sedan Toyota di era 1990-an alias kembali ke zaman dulu, tapi punya kelengkapan masa depan. Terutama urusan fitur dan performanya.

Populasi paling banyak tampaknya masih dipegang Toyota Corolla Twin Cam dan generasi penerusnya, Toyota Great Corolla. Jenis mesin dan desain bodi yang tak lekang dimakan usia pergaulan jadi penentu pilihan penggemarnya.

Di pasaran beredar 3 jenis yaitu Corolla Twin Cam SE Limited dan Twin Cam GT dan Twin Cam SE yang hanya berkapasitas 1.300 cc juga kurang begitu banyak beredar.

Versi GT yang paling banyak dicari karena spesifikasinya sangar. Kepala silindernya dikembangkan oleh Yamaha dan punya 4 katup per silinder, dual intake dan dual exhaust. Beda lain yakni jok yang semi bucket dan panel meter lebih lengkap.

"Sensasi mesinnya yang bikin kangen. Walau susah dibawa kala macet tapi gampang gas pol begitu ketemu jalan tol," papar Kabul, pemilik Twin Cam GT warna abu metalik lansiran 1991.

Lain ketika bicara Toyota Great Corolla. Mesin 4A-FE yang terpasang lebih kalem dan tenang, sesuai peruntukkannya masa itu. "Biaya perawatannya relatif murah namun masih memberikan kenyamanan," ujar Wira Sentosa, pemilik Greco kelahiran 1992.

Serunya Greco, pembedanya bisa dilihat berdasarkan tahun kelahiran. Secara umum, versi 1992 dan 1993 beda dengan versi 1994 dan 1995 yang punya gril depan yang lebih minimalis, juga warna kombinasi lampu belakang yang hanya terdiri merah dan putih saja.

Beda lagi untuk kelengkapan interior. "Keluaran awal 1992 paling lengkap karena punya kisi AC di bawah kolom setir menghadap kaki, sedang versi selanjutnya tidak ada," lanjut pengusaha aksesori di Pondok Gede, Jaktim ini.

Generasi 1992 dan 1993 juga punya spion retract yang justru dihilangkan di generasi selanjutnya. Perhatikan lebih detail lagi, versi 1992 punya kelebihan lampu indikator di tombol power window yang tidak dimiliki adik-adiknya.

Perawatannya juga mudah, belum ditemui penyakit berarti untuk kedua varian ini. Selain karakter ECU Twin Cam yang bikin kaki pegal harus lebih sering injak kopling kalau menghadapi jalan macet.

Greco bisa dibilang hanya kurang di sistem power steering. "Lebih enak beli copotan yang berkisar Rp 1,4 juta daripada servis di kisaran Rp 800 ribu tapi bisa berkali-kali servis," wanti Wira lagi.

Twin Cam GT punya seri mesin paling kencang dan dicari dibanding seri lainnya (kiri). Greco lansiran akhir punya kombinasi lampu sein putih, jugagril depan minimalis (kanan).

Belum lagi bicara modifikasi yang bebas dikerjakan. Teringat dahulu kala ketika memakai Greco dengan pelek Carlsson Evo 1/6 ataupun 1/12 yang dinilai punya desain paling sesuai dengan bodi Greco yang membulat.

"Diameter 18 inci kayanya paling pas di ruang sepatbor Greco, enggak kebesaran tapi juga enggak terlihat kecil," papar Adhtyawarman, pemilik Greco keluaran 1994 warna hitam.

Banyaknya aliran elegan, bukan berarti Greco enggak bisa ngebut loh. Lihat Greco kelahiran 1994 milik Riza Adriana yang sudah berganti mesin 3S-GTE.

"Sekarang hanya dipakai untuk saat weekend saja, malah sayang kalau dipakai harian," ucap pengusaha tekstil asal Bandung.


Beda dengan kebanyakan mobil drag yang kosong melompong, Greco Riza terlihat kinclong tiap saat, jok juga kelengkapan interior masih komplit dan berfungsi sebagaimana mestinya. (mobil.otomotifnet.com)