Jakarta - Rem jadi salah satu bagian terpenting dari motor, karena fungsinya sebagai pengurang laju. Maka dari itu, kondisinya harus selalu dijaga, termasuk kampasnya, baik itu brake pad di rem cakram maupun brake shoe di rem teromol.
Saat kampas rem menipis, jika kondisi kantong sedang tebal tentu langsung pilih yang genuine. Tapi saat ingin berhemat seperti kondisi sekarang yang serbamahal, bisa cari versi aftermarket. Namun jangan asal murah, karena ternyata masih banyak yang berbahan asbestos.
Perlu diketahui asbestos berdampak buruk pada kesehatan, karena bisa memacu kanker dan gangguan pada pernapasan. “Kalau kampas rem Honda, semua sudah non-asbestos sejak Januari 2006,” terang Sriyono, Technical Service Division PT Astra Honda Motor (AHM). Menurutnya, ini merupakan wujud komitmen Honda untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan. Sesuai aturan pemerintah, semua motor baru sudah harus pakai kampas rem non-asbestos, masalahnya di ranah aftermarket tidak ada aturan ketat dan masih banyak yang menjual material berbahaya ini.
“Yang aftermarket banyak yang masih berbahan asbestos, karena harganya murah,” sebut Joseph Palupi M, Motorcycle Product Manager PT Dirgaputra Ekapratama, produsen kampas rem RCA. Selain membahayakan kesehatan, ternyata kampas berbahan asbestos kendati murah tapi punya banyak kelemahan. Apa saja dan bagaimana cara membedakan keduanya?
Kita bahas dahulu cara membedakan kampas berbahan asbestos dan non-asbestos. “Paling mudah dari warna, asbestos lebih muda dan kalau dipegang kasar. Meski saat ini warna sudah agak sulit dijadikan pembeda karena ada teknologi menambahkan pigmen warna pada kampas rem asbestos,” terang Joseph. “Sedang non-asbestos warna lebih gelap dan agak berpori,” imbuh Sri, sapaan Sriyono.
Perbedaan tersebut disebabkan bahan yang digunakan. “Untuk yang asbestos, murni dari asbestos yang direkatkan dengan resin. Sementara non-asbestos berbahan steel fiber, selulosa, rock wool, grafit dan kevlar,” papar Joseph.
Setelah tahu secara fisik, bagaimana perbedaan sifat keduanya? Pertama dari daya tahan, lantaran hanya terdiri dari asbestos dan direkatkan dengan resin, tipe asbestos cenderung hanya pakem 1/3 awal pemakaian, “Setelah itu mengeras lantaran resin lebih enggak kuat panas,” lanjut pria yang berkantor di Pulogadung, Jaktim ini.
“Temperatur pengereman pada produk asbestos hanya mampu bertahan pada temperatur 250o celcius, lebih dari itu maka akan terjadi fading atau gejala dimana friksi akan turun dan menyebabkan rem blong. Dengan non-asbestos koefisien gesek akan stabil dan tahan sampai 400 derajat,” imbuh Sri yang berkantor di Sunter, Jakut. “Salah satunya karena ada material vermi culate yang tampak berkilauan di permukaan kampas rem non-asbestos, fungsinya untuk melepas panas,” imbuh Joseph.
Efeknya untuk pengeraman di kecepatan tinggi, lebih dari 80 km/jam pemakaian kampas non-asbestos cenderung lebih stabil. Karena suhu yang tercipta lebih tinggi dibanding yang di bawah 80 km/jam.
“Nah yang bahaya di kampas rem non-asbestor berharga murah, vermi culate ini kerap digantikan logam, sehingga bukannya melepas panas malah mengakibatkan termakannya disc brake atau teromol. Secara kasat mata sulit dibedakan karena vermi culate dan logam sama-sama mengkilap,” beber Joseph.
Kelebihan lain kampas non-asbestos menurut Sri berdasarkan porosity test, uji kepadatan dari lining brake shoe. “Non-asbestos lebih padat (lebih tidak menyerap air), sehingga kemungkinan terjadinya karat pada body shoe yang materialnya dari besi akibat masuknya air menjadi lebih kecil,” terangnya.
PENYIMPANAN
Saat belanja kampas rem, kita juga harus melihat cara penyimpanan di toko tersebut. Joseph mewanti untuk menghindari yang ditaruh di lantai tanpa alas, karena akan lembab dan menimbulkan jamur. Efeknya kualitas menurun karena jamur bisa mengurangi daya rekat lem, resiko paling fatal kampas bisa terlepas dari dudukannya. (otomotifnet.com)