Jakarta-Berdasarkan pengakuan sementara dari Wiyang Lautner yang merupakan pengemudi Lamborghini nahas yang mengalami kecelakaan akhir pekan lalu (29/11) di Surabaya itu lepas kendali karena rem mobilnya terkunci atau biasa disebut nge-lock.
Sehingga mobil bertenaga 570 daya kuda itu melaju liar sehingga menabrak gerobak yang menjual STMJ sehingga menewaskan satu orang.
Bisa dibilang mencurigakan soal alibi tersebut, sebab sebuah supercar yang canggih punya berbagai fitur yang akan konsisten menjaga fungsi komponen-komponen yang ada. Termasuk sistem pengereman.
“Dibilang roda mengunci, kayaknya kecil kemungkinan. Permasalahan justru biasanya karena rem blong. Ban nge-lock itu biasanya karena cara ngerem dan mobilnya tanpa ABS,” analisa Haridarma Manopo, instruktur Sentul Driving Course, Jabar.
Sejurus kemudian, Haridarma yang juga pembalap turing itu menjelaskan bahwa orang yang akan ditabrak kendaraan apapun di kecepatan 80 km/jam besar kemungkinan akan meninggal.
Pria yang karir balapnya satu generasi di bawah Ananda Mikola itu tegas mengingatkan bahwa mengemudikan kendaraan bertenaga besar sepatutnya punya tingkat kewaspadaan lebih tinggi.
“Sebab semakin besar tenaga mobil maka akan semakin sulit pula untuk dikendalikan. Terutama di jalan umum yang tidak akan pernah bisa ditebak kondisinya, baik lingkungan maupun jalannya,” wanti pria yang juga pernah mengemudikan Lamborghini itu.
“Intinya, lebih kepada driver itu sendiri, kesadaran akan kecelakaan harus ditingkatkan. Berlatih atau ikut pelatihan safety (driving) tidak ada ruginya,” pungkasnya saat dihubungi per telepon (1/12). toncil (Otomotifnet.com)
Lamborghini Sempat Hantam Trotoar
Kecelakaan Lamborghini Surabaya, 'Tiga Bukti' Dari CCTV