Jakarta - Bukannya pesimis, tapi sejarah sudah merekam semuanya. Sejauh ini memang belum ada mobil berjenis MPV non pabrikan Jepang yang pernah berjaya di Tanah Air. Entah Jepang sudah kadung mengakar, atau memang lebih lihai membaca selera publik.
Tapi faktanya seperti itu. Coba ditelusuri satu persatu, setidaknya dalam satu dekade terakhir, mobil berjenis MPV apa yang berjaya di Tanah Air? Toyota Avanza, Kijang Innova, Honda Mobilio, Suzuki Ertiga. Segmen yang lebih mewah pun cuma diwakili Toyota Alphard.
Kalau mau sedikit berkompromi, setidaknya ada merek Korea semisal KIA Carens dan KIA Carnival yang sempat jadi primadona, itupun tak lama. Sementara paling terbaru, merek asal Amerika yang menyuguhkan Chevrolet Spin (singkatan dari Spirit of Indonesia) tetap tidak bisa berbicara banyak. Tengah tahun ini bahkan sudah resmi stop produksi.
Lalu hadir lagi Wuling. Dengan embel-embel kerjasama dengan General Motors dan SAIC, melalui PT GMSW Indonesia, akhirnya berani mencoba peruntungan mobil MPV di Indonesia. Juga tak mau nanggung, sebuah pabrik berkapasitas produksi 150 ribu unit disiapkan.
Harapannya jelas, selain membuka lapangan kerja, pembukaan pabrik tersebut diharapkan bisa memangkas biaya produksi yang pada akhirnya berimbas pada harga jual yang terjangkau--bahkan bisa jadi lebih miring dari para pesaingnya.
Di negeri asalnya Tiongkok, salah satu MPV andalan Wuling dijual seharga Rp 60 jutaan. Bayangkan kalau masuk ke Indonesia, meski dijamin lebih mahal karena perbedaan regulasi perpajakan, tapi tidak akan jauh-jauh dari kisaran angka tersebut.
Tapi, apa yang mau ditawarkan Wuling pada mobil barunya itu? Berjenis MPV karena masyarakat Indonesia sangat menggilai MPV, ya semua pabrikan pun sudah punya mobil andalannya masing-masing. Tak ada yang istimewa.
Punya fitur yang oke? Ini juga semua MPV di Tanah Air rata-rata sudah menyematkan fitur-fitur andvance yang bahkan tidak mau tanggung. Kalau perlu semua disuguhkan agar konsumen puas dan menjadi pembeda dari merek lain.
Jaringan after sales luas dan lengkap? Nah, ini bakal jadi kendala utama saat Wuling mulai dipasarkan nanti. Pertanyaan utama masyarakat setelah kualitas, adalah bagaimana layanan after sales-nya? Seberapa bagus kualitas service yang ditawarkan? Mungkin ini pekerjaan rumah yang super besar untuk Wuling mulai menjalankan bisnisnya di Tanah Air.
Tinggal satu poin lagi. Yakni harga jual. Mungkin dari sisi ini, Wuling bisa lebih unggul dari para pesaingnya. Harga yang ditawarkan pabrikan Tiongkok biasanya lebih miring. Tapi toh pabrikan Jepang tidak pernah mengkhawatirkan harga jual mobil Tiongkok yang jauh lebih murah dari harga mobilnya.
Lalu, seberapa kuat 'harga jual' diunggul-unggulkan Wuling untuk mencuri perhatian masyarakat Indonesia? Ini masih jadi pertanyaan. Sebab, lagi-lagi berkaca pada saudara jauhnya, Chevrolet Spin. Tawaran tipe banyak, dua pilihan mesin bensin dan diesel, harga jualnya juga terjangkau. Tapi bagaimana nasibnya sekarang?
Jadi, seberapa kuat Wuling bisa memanfaatkan harga jualnya yang lebih 'miring' disegmen MPV untuk sekarang ini mungkin belum bisa dijawab. Hanya menyisakan harapan dengan semua strateginya, Wuling pada akhirnya bisa mencatatkan namanya pada sejarah; sebagai pabrikan mobil MPV non Jepang yang bisa berjaya di Tanah Air. Kita nantikan saja ya. (Bagja)