Toyota NAV1 Pensiun Dini: Kenapa Tidak Laku?

Bagja - Kamis, 31 Desember 2015 | 08:18 WIB

(Bagja - )

Jakarta - Toyota terkesan tidak serius. Adalah anggapan yang cukup luas dibicarakan terkait dugaan Toyota NAV1 bakal pensiun dini. Dan ketidak seriusan itu sebenarnya sangat serius bagi konsumen dan calon konsumennya. 

Bermodalkan nama besar Toyota, dengan jaringan purna jual yang tersebar luas seantero Indonesia, Toyota dengan entengnya menghadirkan Toyota NAV1 ketengah pasar yang saat itu sudah diisi Nissan Serena dan Mazda Biante sebagai pesaing langsung.

NAV1 sebagai pendatang baru, seharusnya membawa kebaruan diantara pesaingnya yang sudah lebih dulu eksis. Tapi saat NAV1 diluncurkan tahun 2012 lalu, paling mencolok hanya nama dan teknologi Valvematic yang ditawarkan NAV1 sebagai pembeda.

Sudah begitu, menawarkan harga paling mahal diantara para pesaingnya: 

Toyota NAV1 V           : Rp 401,8 juta
Mazda Biante               : Rp 380,0 juta
Nissan Serena HWS     : Rp 385,0 juta

Secara desain terbilang biasa saja. Tak seagresif tampang Mazda Biante yang futuristik atau juga tampang Nissan Serena yang elegan menjurus parlente. Lalu Toyota NAV1? Mau dibuat sporty pun terkesan nanggung, sehingga membuat karakternya semakin buram. Wajar kalau pada akhirnya, perlahan tapi pasti ditinggalkan konsumen.

Nissan lalu mengandalkan varian khusus seperti Highway Stars (HWS) dengan aksesori dan fitur khusus. Sementara Mazda selangkah lebih jauh dengan menawarkan teknologi SKYACTIV pada MPV boxy miliknya. Sedangkan Toyota NAV1 masih berkutat dengan Valvematic pada mesin 2.0 liter-nya. Padahal, di Jepang akhir tahun lalu sudah dipasarkan Toyota Noah versi facelift.

Tidak dihadirkannya model facelift dari NAV1 sampai hari ini juga cukup menjelaskan kenapa pada akhirnya konsumen beralih pada para pesaingnya. Sehingga memaksa Toyota harus berbenah untuk menentukan nasib NAV1 kedepannya. Mau lanjut atau cukup sampai disini.

Karena kalau kondisinya terus seperti demikian, maka tugas berat bagi Toyota untuk segera memutuskan nasib dari NAV1. Sebab, Toyota sudah berinvestasi Rp 13 triliun untuk memulai proyek NAV1 selama lima tahun. NAV1 dirakit lokal di pabrik milik anak perusahaan Toyota Motor Manufacturing (TMMIN), PT Sugity Creatives (Toyota Auto Body/TAB), di Bekasi, Jawa Barat.

Belum sampai lima tahun, kondisinya sudah mengkhawatirkan secara skala ekonomi. Toyota bisa saja terus mempertahankan NAV1--setidaknya sebagai model flagship, sampai berakhir pas lima tahun, dengan konsekuensi tidak sehat secara skala ekonomi. Sehingga mau tidak mau Toyota Astra Motor harus menghentikan produksi dan penjualan dari Toyota NAV1. (Bagja)