Benchmark. Satu kata tersebut paling sering disebut untuk menggambarkan bagaimana BMW Seri 3 dulu hingga kini.
Jakarta - Sayangnya, Seri 3 yang awalnya diluncurkan di Indonesia pada tahun 2012 itu bukannya tanpa kekurangan. Karakter bantingan yang relatif keras dan bentuk yang mulai dibayangi Mercedes-Benz C Class dan Jaguar XE yang lebih segar, menuntut adanya penyegaran. Meski minor, headlights LED sekarang memiliki garis yang menyambungkan angel eyes-nya dengan gril, sehingga lebih seperti Seri 7. LED pada taillights pun mengikuti bentuk X1 teranyar dan lampu seinnya kini memanjang.
Namun perubahan pada BMW 330i M SPORT sebenarnya justru lebih tak terlihat, seperti pada sektor mesin, sasis dan kaki-kaki. Varian 330i ini menggantikan 328i sebelumnya, dengan mesin 2.000 cc, 4-silinder segaris yang di-tune up, sehingga tenaganya mencapai 252 dk.
Bagaimana rasanya? • (otomotifnet.com)
Fitur
Selayaknya sedan mewah mana pun, kunci cukup dikantongi karena cukup sentuh bagian dalam handel pintu untuk membuka kunci dan menekan bagian yang berkontur garis, untuk kembali menguncinya. Begitu pula tombol start/stop engine jadi standar. Meski pengaturan jok depan sudah full elektris dan tambahan 2 memori untuk pengemudi. Namun tilt & telescopic setir masih harus di atur secara manual. Oh iya, hanya adanya tulisan ‘LIM’ di sisi kiri seti,r berarti 330i tidak kedapatan cruise control.
Pilihan yang aneh mengingat varian ini hanya satu tingkat di bawah flagship 340i.= Kemudian layar iDrive mendapat update dengan ukuran 8,8 inci dan resolusi lebih tinggi, sehingga konten split screen bisa diterapkan. Dengan controller rotary besar sekaligus touchpad. Mengendalikan sistem hiburan kabin terasa sangat fluid dan tanpa lag, membuatnya jadi yang terbaik di kelasnya.
Yang jadi pertanyaan untuk kelas ini, penerapan rem parkir model handbrake memang terkesan old school fun, tetapi cukup memakan tempat di konsol tengah dan membuat fitur brake hold jadi absen. Efeknya, kaki mesti kerja ekstra untuk tetap menahan pedal rem, jika tidak mau mesin kembali menyala dari sistem Auto Stop/Start saat menunggu lampu merah.
Handling
Tidak salah kalau Seri 3 menyabet gelar salah satu mobil paling fun to drive. Bahkan dengan power steering elektris, koneksi pengemudi ke jalan masih sangat komunikatif. Setir yang cenderung ringan pada kecepatan rendah pun tidak terlalu mengurangi feedback, justru membantu city driving. Di mode Comfort saja, sasis Seri 3 generasi keenam yang sangat kaku ini masih memberikan senyuman setiap kali kami memutarkan setir dan bodinya menukik.
Masuk ke mode Sport, damper mengubah setting kaki-kaki menjadi lebih keras dan memberikan kenikmatan tersendiri ketika bermanuver cepat di jalan tol. Pun begitu Servotronic membuat putaran setir menjadi lebih berat ketika di Sport dan Sport+. Sedangkan untuk body roll yang sudah sangat minim, kontur jok yang dapat diatur untuk lebih menjepit atau pun lebih lega akan menahan gerakan badan dengan sempurna.
Performa
Meski hanya bermodalkan 4-silinder, tenaga yang dihasilkan mesin B48 jauh lebih besar dibanding C250 AMG dan XE R-Sport. Pada mode Comfort, output-nya sangat smooth, apalagi didukung perpindahan transmisi 8-percepatan yang seamless. Ketika kickdown pun, sedikit terasa turbo lag dan waktu berpikir, sehingga akselerasinya tidak terlalu mengagetkan.
Namun pindahkan ke mode Sport+ untuk sekaligus mengaktifkan Dynamic Stability Control, geser tuas transmisi ke S, lalu tahan pedal rem sambil menginjak pedal gas hingga jarum takometer tertahan di sekitar 3.000 rpm, Launch Control akan aktif. Karakter transmisi juga berubah seiring pergantian mode sambil kickdown. Ketika tadinya terasa sangat halus, perpindahan sekarang justru menjadi galak dan kadang terasa entakan yang memberi sensasi lebih. Ingin lebih terlibat? Gunakan saja paddle shift-nya.
Kenyamanan
Berkat revisi pada suspensi di LCI (Life Cycle Impulse), sedan kompak BMW ini tidak lagi terasa menyiksa di jalan perkotaan. Kini bantingannya jauh lebih lembut dengan mode Comfort, namun dengan kekakuan sasis yang sama. Bahkan dengan pelek M Sport 18 incinya, kontur jalan yang buruk memang masih terasa, namun terserap dengan baik oleh suspensi belakang 5-link yang tadinya 3-link.
Hanya saja, joknya yang cenderung keras seperti di setiap BMW lainnya masih tetap ada. Penumpang juga masih bisa menikmati kabin belakang Seri 3. Hanya saja, tidak di tengah karena gundukan transmisi yang terlalu besar. Ada juga hal detail minor, seperti sudut head rest depan yang dapat diubah untuk posisi bersandar lebih nyaman, maupun arm rest di konsol tengah yang dapat digeser maju mundur, untuk posisi yang lebih pas di tangan pengemudi.
Konsumsi
Keuntungan kapasitas mesin di bawah 2.000 cc dan tidak menambah jumlah silinder, konsumsi pun terjaga dengan sempurna. Ketika turbo belum sepenuhnya aktif, yaitu saat berjalan konstan 60 km/jam di putaran 1.100 rpm, berhasil didapat konsumsi 26,6 km/liter. Luar biasa untuk sesuatu yang bukan bermesin diesel atau berukuran sekecil LCGC.
Mengitari kemacetan Jakarta dengan kombinasi ketiga mode pun, angka di MID tertahan di 8,6 km/liter, yang berarti hanya menelan 11,6 liter BBM RON 95 untuk jarak 100 km. Tidak buruk untuk sedan yang bisa menyelesaikan drag race dalam 14,4 detik.
Testimoni
Simon Dimas Biantara 30 Tahun, Pengemudi Honda Mobilio 2015 Kalau lagi belok, setirnya terasa sangat tajam ya. Itu juga kalaupun sedang kencang, badannya enggak kemana-mana, tetap menempel di joknya. Saya Simon Dimas Biantara 30 Tahun, Pengemudi Honda Mobilio 2015 juga suka kulit jok warna merahnya, meskipun sporty, tapi masih memberikan aura mewah, apalagi kalau malam ada ambient light warna merah juga.
Data Test BMW 330i M SPORT
Akselerasi
0 – 60 km/jam: 2,9 detik
0 – 100 km/jam: 6 detik
40 – 80 km/jam: 2,5 detik
0 – 201 m: 9,3 detik
0 – 402 m: 14,4 detik
Konsumsi
Dalam Kota: 8,6 km/liter
Luar Kota: 12,3 km/liter
Konstan 60 km/jam: 26,6 km/liter @ 1.100 rpm
Konstan 100 km/jam: 16,6 km/liter @ 1.600 rpm
Data Spesifikasi BMW 330i M SPORT
Mesin: BMW TwinPower Turbo 4-silinder segaris dengan twin-scroll turbocharger, Valvetronic, Double VANOS
Kapasitas: 1.998 cc
Rasio Kompresi: 10,2 : 1
Tenaga Maksimum: 252 dk @ 5.200 – 6.500 rpm
Torsi Maksimum: 350 Nm @ 1.450 – 4.800 rpm
Transmisi: Otomatis 8-percepatan ZF dengan Steptronic
Dimensi (p x l x t): 4.633 mm x 1.811 (2.031)* mm x 1.416 mm *lebar dengan spion:
Wheelbase: 2.810 mm
Ground Clearance: 140 mm
Radius Putar: 5,65 m
Sistem kemudi: Electric Power Assisted Steering dan Servotronic Variable Sport Steering
Suspensi Depan: MacPherson Strut dengan Per Keong
Suspensi Belakang: 5-Link dengan Per Keong
Damping: Adaptive M Sport Suspension dengan Variable Damper Control
Rem Depan/Belakang: Cakram Berventilasi/ Cakram Berventilasi dengan ABS, CBC, DSC & DTC
Ban: Pirelli Cinturato P7, 225/45R18
Kapasitas Tangki: 60 liter
Berat: 1.545 kg
Harga: Rp 849.000.000 (off the road)