Oli pada mesin berfungsi untuk melumasi tiap bagian di dalamnya.
Juga mendinginkan dan memindahkan panas.
Sehingga oli harus memiliki spesifikasi yang tepat sesuai karakter mesin.
Selain viskositas dan aditif yang digunakan, base oil yang dipilih juga mempengaruhi performa dari oli.
Seperti yang kita kenal, base oil ada mineral, semi sintetik, full sintetik dan full sintetik ester.
Lalu apa bedanya? (otomotifnet.com / Fariz)
Base Oil Grup | Proses Pengolahan | Tingkat Kekeruhan | Tingkat Sulfur | Indeks Viskositas |
Grup I | Solvent Refining | < 90% | > 0,03% | 80–120 |
Grup II | Hydro-processing (Hydrocracking) | ³ 90% | £ 0,03% | 80–120 |
Grup III | Severe Hydrocracking (Catalytic De-waxing) | ³ 90% | £ 0,03% | ³ 120 |
Grup IV | Chemical Reactions (Synthesizing) | 100% PAO (Poly-Alpha-Olefin) | ||
Grup V | As Indicated | Semua basis minyak, tidak termasuk dalam kelompok 1 – 4 (Naphthenics, Ester dan Polyglycols) |
Oli Mineral
Oli mineral terbuat dari base oil yang diambil dari minyak bumi, yang telah diolah dan disempurnakan dan ditambah dengan zat–zat aditif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsinya.
“Untuk teknologi motor baru yang membutuhkan oli encer, base oil mineral kurang mumpuni. Tidak hanya karena kandungan sulfur saja, tapi juga impurities lain yang membuat oli jadi kurang stabil,” buka Mardiani Indriastuti, Product Deputy Department Head PT Federal Karyatama, produsen Federal Oil.
Meski begitu, masih ada beberapa keunggulan dari oli mineral yaitu ketika piston dan blok piston dalam keadaan baru dianjurkan untuk menggunakan oli mineral. Ini karena struktur molekul oli mineral yang tidak rata dapat membuat komponen saling mengikis satu sama lain, sehingga komponen mesin baru bisa bertaut dengan pas dan beradapatasi dengan mekanismenya.