Semoga perjalanan libur lebaran Anda menyenangkan, meski mungkin ada yang pegal-pegal juga
Jakarta - Ya, sudah pemandangan lumrah, saking gembiranya, terkadang pemudik atau orang yang melakukan perjalanan jauh cenderung mengabaikan kondisi fisiknya. Biasanya karena faktor ‘tanggung’ atau ‘masih kuat’. Padahal faktor kebugaran sangat vital dan menentukan kehadiran Anda di tujuan ataupun ketika kembali ke rumah.
Alhasil, ibarat mobil tubuh mengalami ‘overheat’ alias kelelahan bekerja. Padahal, kondisi tubuh vital, jadi sebaiknya diutamakan saja. Tahun kapan mulai mengantuk, kapan sebaiknya tidur sejenak dan kapan melanjutkan perjalanan. Seperti dalam gambaran berikut ini.
Kaki, tangan dan punggung terasa kebas
Saat berkendara, beberapa bagian tubuh akan aktif bergerak untuk menjaga laju kendaraan. Bagi pengemudi mobil mungkin terlihat hanya sekedar duduk, padahal banyak hal yang dilakukannya seperti melihat jalan, menginjak pedal gas dan rem, memindahkan tuas transmisi dan lain sebagainya.
Semua itu dilakukan secara berulang dalam posisi duduk dan kalau sudah terlalu lama tentunya wajar bila rasa pegal mendera.
Hal tersebut lantaran area pinggul menanggung tekanan paling banyak, maka dari itu, pengaturan posisi mengemudi menjadi hal yang cukup vital untuk menjaga kondisi pengemudi. Sehingga kita perlu mengatur se-ergnomis mungkin, tidak terlalu dekat atau jauh dari pedal dan setir agar mudah terjangkau.
Juga sandaran jok diposisikan tidak terlalu tegak, miring, karena salah-salah bisa membuat bahu dan leher menjadi tegang dan efeknya membuat energi cepat terkuras. Selain itu, akan ada potensi rasa kaku dan sakit pada kaki jika terlalu lama duduk. “Istilahnya adalah Deep Vain Thrombosis (DVT).
Disebabkan karena tersumbatnya pembuluh darah vena di kaki,” ujar Dr. Hario Tilarso, Sp.KO FACSM yang merupakan dokter spesialis kedokteran olahraga.
Solusinya adalah keluar sejenak dari mobil untuk melakukan peregangan otot tangan, kaki, pinggul, bahu, leher, juga punggung, terutama bila anda telah mengemudi selama dua jam perjalanan. Namun bila telah mencapai 6 jam, hentikan aktivitas mengemudi untuk beristirahat sepenuhnya.
Bermotor jangan terlalu lama
Bagi para pengendara motor, akan jauh lebih terasa letihnya. Ini lantaran seluruh bagian tubuh wajib proaktif dalam menjaga laju motor. Berbeda dengan mobil yang bagian punggungnya bisa di support oleh sandaran jok, para pemotor wajib menegakkan tubuh demi menjaga keseimbangan dan tingkat kesadaran, serta memiringkannya bila bertemu tikungan.
Leherpun juga akan menanggung bobot helm dan terpaan angin yang datang dari berbagai sisi. Bagian lainnya yang akan terimbas adalah pergelangan tangan, karena harus menahan beban motor berikut getaran yang didapat saat memegang setang.
Ujung-ujungnyanya akan terjadi kondisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang disebabkan oleh terjepitnya saraf yang ada di telapak tangan. Efeknya, jari tangan akan terasa kebas, mati rasa dan kesemutan,
Maka dari itu, Dr. Hario yang kini berusia 71 tahun ini menyarankan pemotor untuk merapatkan interval dan menambah waktu istirahat ketika melakukan perjalanan jauh. “Maksimal 3 jam perjalanan dengan waktu istirahat setiap 1,5 jam.
Kibaskan tangan yang kesemutan tersebut, juga lemaskan otot leher, bahu dan punggung dalam kesempatan tersebut,” ujar pria yang semasa mudanya kerap berkendara jarak jauh ini.
Istirahat sebagai‘Obat’
Tidak bisa dipungkiri, istirahat merupakan obat alami yang paling manjur untuk mengembalikan kondisi tubuh seperti sedia kala. Hal ini juga yang paling mudah dilakukan, meskipun memang membutuhkan alokasi waktu yang banyak. Istirahat sepenuhnya dapat diartikan sebagai tidur yang dalam (deep sleep).
Tidur sendiri memiliki lima fase yang terbagi dalam 2 kategori, yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM) dengan empat fase awal tidur, dan Rapid Eye Movement (REM) yang menjadi fase akhir tidur.
Pada umumnya, tahapan deep sleep berada dalam fase keempat dan kelima yang terjadi setelah 60 menit setelah percobaan awal untuk tidur. Sebagai pemegang kemudi di perjalanan, tentunya tidak mungkin bila anda harus tidur sampai dengan fase ke lima karena waktu istirahat sejenak yang ideal adalah sekitar 30 sampai 45 menit. Lebih dari itu tentunya waktu tempuh akan semakin molor.
Maka dari itu, pemulihan tenaga sementara waktu harus disiasati dengan peregangan otot yang tepat juga tidur sejenak yang hanya berada dalam fase satu, sekitar 10 sampai dengan 15 menit. Bila perlu, tambahlah suplai asupan gizi seperti makan dan minum untuk meningkatkan tenaga.
Waspadai pula dengan Travel Fatigue
keadaan di mana tubuh sudah mengalami kelelahan karena kondisi yang dialami selama perjalanan. Ciri-cirinya adalah kewaspadaan yang telah menurun, begitu pula lambatnya refleks terhadap sesuatu.
Kemudian kemampuan untuk mendengarkan dan melihat kondisi sekitar juga menjadi tidak tajam, yang berujung pada pengambilan keputusan yang salah.
“Untuk mencegah Travel Fatigue, minimal anda beristirahat selama satu hari penuh setelah menempuh perjalanan jauh. Dan menjelang balik ke kota asal, sisihkan waktu sekitar satu hari juga untuk beristirahat sehingga kondisi badan menjadi fit dan siap untuk menempuh perjalanan jauh,” ungkap dokter senior ini.
Tinggal dikombinasikan dengan tata cara beristirahat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk menjaga tingkat kesadaran anda sampai dengan titik tujuan. Jangan lupa beristirahat penuh setelah sampai di rumah untuk memulihkan tenaga agar anda siap beraktivitas kembali di hari kerja.
Jagalah selalu kebugaran tubuh dengan cara rajin berolahraga dan menjaga asupan nutrisi yang baik.