Percobaan berhasil Porsche menggabungkan sedan mewah dengan DNA mobil sportnya
Jakarta - Setengah dekade berlalu, akhirnya pleasing to the eyes, Porsche Panamera generasi kedua pertama kali diperkenalkan di Berlin. Lebih dari sekadar makeover, bisa dikatakan pesaing Maserati Quattroporte ini lebih menghadirkan reaksi ‘wah’. Dibuat dari awal lagi, tidak tersisa jejak dari Panamera generasi sebelumnya.
Lebih panjang 33 mm, lebar 50 mm dan tinggi 50 mm, desain fascia baru dan atap lebih melekuk ‘four-door coupe’ dari platform MSB, membuatnya justru lebih terlihat seperti Cayman anyar hingga menyembunyikan dimensi bongsor aslinya. Namun penarik perhatian sesungguhnya adalah buritan, dengan LED strip yang menyambungkan kedua taillights seperti 911 Carrera.
Bahan ringan aluminium digunakan di mayoritas bodi dan sasisnya, dengan pengecualian baja high strength di beberapa titik vital, untuk membuat rangka yang lebih rigid dibanding versi lawas. Suasana di kabin meski familiar, namun telah bertransformasi menjadi sesuatu yang jauh lebih futuristik. Disebut Advanced Cockpit, Porsche berusaha menghilangkan seluruh tombol untuk mengontrol sistem hiburan kabinnya.
Mengapa? Well, semua hard button diganti panel hitam glossy yang akan menyala sebagai display dan menggantikan fungsi tombol konvensional. Sebongkah sejarah tak lupa disematkan, berupa takometer analog ala Speedster keluaran 1955 di tengah instrument cluster full digital. Setirnya juga kedapatan ciri khas dari 918 Spyder, yaitu kenop pemilih mode Sport Response Button.
Kabar baiknya, Christoph Choi selaku Managing Director Porsche Indonesia mengkonfirmasi akan meluncurkan sedan mewah ini di Tanah Air pada Januari 2017, yang berarti kedapatan jadwal premiere yang sama dengan negara raksasa lainnya seperti AS dan Kanada. Mesti menyiapkan cek no limit, karena di AS saja, harga varian terendahnya dimulai dari Rp 1,3 miliar (99.000 USD)!