Jakarta - Di tangan H Eddy Wanili Hardjadinata dan R Henni Suwaenda, Ford keluaran 1940 dalam kondisi mogok bisa menjadi tonggak sejarah. Suami-istri ini membuka Lembaga Pendidikan Teknik (LPT) Eka Djaja 57 tahun silam dengan alat peraga mobil tersebut. Sempat bisa dihidupkan, namun karena kesulitan mencari onderdil, Ford tersebut lebih banyak mogoknya.
Usaha Eka Djaja yang berubah nama menjadi Eka Jaya, sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang disempurnakan, mulai berdiri 1959. Baru mulai membesar setelah ditangani oleh Berry Herlambang, anak ke-5 dari 6 bersaudara. Sempat berguru dan bekerja di Jepang, kemudian kembali ke Indonesia, Berry mengembangkan usaha yang dirintis orang tuanya tersebut. Di cabang dengan raport paling jelek, Berry justru bisa membuat lembaga tersebut bangkit. Padahal gedung yang dipakai sempat akan dilelang bank.
Kerja keras dan cerdas akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2000, Berry membeli Eka Jaya dari sang ayah. Sejak itu diganti nama menjadi Eka Jaya Berrindo (EJB). Sejak inilah, berbagai perbaikan terus dilakukan. Kini misi EJB bukan lagi memajukan internal lembaga, tapi lebih luas lagi. Yakni turut mensukseskan Gerakan Indonesia Kompeten Khusus pada bidang mengemudi mobil. EJB kerap ditunjuk oleh Kemendikbud RI Direktorat Kursus dan Pelatihan sebagai mitra dan perpanjangan tangan.
Penunjukan tersebut untuk menggelar acara kursus dan uji kompetensi mengemudi. Meski tak dilaksanakan di Jakarta, namun tarafnya tetap nasional dan menjadi tolok ukur. Contohnya, pada 2012 menggelar pelatihan mengemudi dengan hati yang diikuti 120 pengemudi angkutan umum. Paling terbaru, 28 Mei 2016 lalu, melaksanakan uji kompetensi pengemudi untuk 500 pengemudi taksi di Kemendikbud, Jakarta.
Sempat juga dikunjungi oleh beberapa pejabat dari Korps Lalu Lintas (korlantas) Mabes Polri, tim ini bermaksud membenahi diklat mengemudi di Indonesia. EJB turut dipilih, karena dianggap tumbuh dari masyarakat yang konsisten dalam pelayanan mutu dan kurikulumnya. Berbeda lagi yang kemudian digeluti oleh Eddy Wanili. Dirinya justru membentuk Indonesia Profesional Driver Academy (IPDA).
Lembaga ini melatih pengemudi lanjutan (pengemudi angkutan umum dan perkantoran), para instruktur mengemudi serta pengelola kursus mengemudi seluruh Indonesia. "Semua ini bertujuan, agar pengemudi tidak hanya menguasai skill dan knowledge mengemudi, tetapi juga attitude. Mampu berkendara dengan etika atau mengemudi dengan hati. Itu makna dan definisi kompeten,” kata Berry Herlambang. Mengemudi, bukan hanya bisa menjalankan mobil, tapi juga harus tahu tanggung jawab, attitude dan seluruh aturannya.