Bias Sebuah GIIAS

Senin, 5 September 2016 | 12:59 WIB

GIIAS

Kedua, tak sedikit exhibitor memandang event in murni sebagai ajang jualan. Sehingga, nuansa atau soul yang muncul pun ini adalah ajang penjualan biasa dan merupakan kesempatan besar melepas unit sebanyak-banyaknya. Karena memang sudut pandangnya memang dari berapa unit bisa dilepas.

“Tahun ini saya nilai sepi, kalau tahun lalu kan ramai,” ujar seorang petinggi APM menanggapi dengan menggunakan insting. 

“Pengunjung memang ramai seperti pada saat 17 Agustus. Itu saat PNS, TNI dan komunitas boleh masuk gratis. Siangnya memang sangat ramai sampai-sampai ada customer saya yang janjian di sini batal datang. Tapi sorenya jalanan sudah kosong. Hari-hari lainnya juga enggak ramai,” terangnya tanpa membeber data.

Alhasil, penjualan tinggi pun menjadi sebuah perlombaan. Meski sedikit orang menyadari, pencapaian penjualan dicapai dengan menggabungkan transaksi di dalam dan luar pameran selama periode pameran.

GIIAS 2016 mencetak transaksi meningkat dibanding 2015, sumbangan dari luar pameran?

Ketiga, bias ini tak hanya mendapat kontribusi dari penyelenggara dan exhibitor. Media pun tak perlu ditutupi ikut menyumbang hilangnya soul sebuah pameran berkelas.

Karena angka penjualan merupakan ‘bintang’ pameran ketimbang highlight ‘Green Technology fot A Better Future’.

Hal yang dapat diamati adalah, apakah di tahun keduanya diselenggarakan di ICE BSD, GIIAS 2016 benar-benar menggairahkan masyarakat untuk berbondong-bondong mengupdate diri dengan teknologi terkini atau hanya memancing pengunjung yang akan membeli kendaraan di pameran.

Penyelenggara, dalam hal ini Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bisa saja mencopy paste atau berusaha melakukan hal yang lebih baik dari penyelenggaraan tahun sebelumnya.

Yakni membuka sebuah pameran, lalu melempar informasi ke publik serta berusaha mempertahankan tensi pameran agar tetap tinggi dan memberi kesan ‘wah’ ke publik. Wah, pengunjung, wah, pertunjukan teknologinya, wah penjualannya. Jangan bicara awareness publik terhadap tama pameran, karena jauh dari harga, diskon dan benefit pembelian.

Perlu diakui, event ini hidup berkat aktivitas beberapa APM yang agresif menyebar daya tarik brandnya yang akan meramaikan pameran di area seluas hampir 97 ribu meter persegi ini.