Jakarta - Suatu kejutan ketika PT Auto Euro Indonesia (AEI) merilis Renault Kwid dengan harga di bawah Rp 120 jutaan. Dengan dimensi yang sangat kompak dan kapasitas mesin kecil, berapa konsumsi bahan bakar Renault Kwid?
Well OTOMOTIF jadi yang pertama untuk mengetes tuntas hatchback mungil pabrikan Perancis ini dan dapat kami pastikan, angka konsumsi yang ditampilkan di MID Kwid akan membuat anda tersenyum.
Sebelumnya, Renault Kwid mengusung mesin 1.0 SCe baru dari Renault. Konfigurasi mesinnya 3-silinder segaris dan berbahan aluminium, sedangkan tenaga yang dihasilkan mencapai 67 dk pada 5.500 rpm dan torsinya 91 Nm di 4.250 rpm.
Mesin tersebut disambungkan ke kedua roda depan via transmisi manual 5-percepatan.
Menghitung konsumsi bahan bakar dalam kota dengan mengkombinasikan rute kemacetan kota Jakarta serta jalan tol, angka di MID (Multi Information Display) menunjukkan angka 14,9 km/liter setelah menempuh lebih dari 300 km.
Tentunya gaya mengemudi yang digunakan bervariasi, namun lebih sering agresif untuk menunjukkan seberapa irit Kwid dapat dipaksakan tanpa eco driving.
Kemudian untuk rute luar kota alias mayoritas tol dan jalan lancar, angka 18,5 km/liter sangat mudah dicapai.
Berikutnya angka yang tidak berhubungan dengan gaya berkendara, yaitu ketika menempuh kecepatan konstan.
Ketika berjalan secepat 60 km/jam, Kwid dengan mudah menghasilkan konsumsi bahan bakar 27,3 km/liter. Sayang, absennya takometer membuat kami tidak mengetahui kecepatan ini ditempuh di putaran mesin berapa di gigi 5.
Kemudian berjalan 100 km/jam, Kwid masih berhasil menembus 20 km/liter dengan angka pasti 20,2 km/liter. Angka ini membuatnya berhasil menembus daftar OTOMOTIF Editors’ Choices 2016 untuk 5 mobil teririt.
Sekadar informasi, Renault Kwid dilengkapi penunjang keiritan yaitu indikator upshift berupa tanda panah ke atas di MID ketika putaran mesin melebihi yang direkomendasikan, atau indikator downshift berupa tanda panah ke bawah ketika sebaliknya.
Sayangnya meski sangat irit, tangki bensin yang tersedia hanya 28 liter, sehingga pengguna tetap harus sering bolak-balik ke POM Bensin untuk kembali mengisi bahan bakar.