Otomotifnet.com - Anda pasti ingat masa jaya Suzuki Vitara 4x4 yang beredar tahun 1992-1995.
Dulu, mobil ini dijual Rp 40 juta saat diluncurkan. Hanya beda beberapa bulan, harga Februari 1993 naik jadi Rp 42,5 juta.
Lalu akhir 1993 sudah mencapai Rp 49,25 juta.
Pada versi 1992-1994, punya kode mesin G16A SOHC 8 katup dan pasokan bensinnya masih pakai karburator.
Pada 1995 muncul versi Electronic Petroleum Injection(EPI).
Kode mesinnya sama-sama G16A tapi head silinder dengan 16 valve. Mengikuti throtle body yang menggeser karburator.
Nah, buat Anda yang ingin kembali mengenang mobil ini, berikut hasil tesnya yang kami angkat dari tabloid OTOMOTIF No. 19/II, 14 September 1992.
Kendaraan untuk dites ini telah menempuh jarak 15.000 km. Dengan kondisi seperti ini, bisa diketahui sifat dan keandalan kendaraan yang sebenamya.
Dan ini memang pas buat Suzuki Vitara, sebuah kendaraan serbaguna, yang tampaknya banyak diminati.
LAPANG DAN LEGA
Meski sudah dipasarkan sejak beberapa bulan lalu, namun masih banyak, peminat yang menanyakan kenyamanan mobil ini.
Untuk menjawabnya, harus ada faktor pembanding. Soalnya, bila dibandingkan dengan sedan, tentu akan diperoleh hasil yang banyak negatifnya.
Sebaliknya, bila dibandingkan dengan jip sekelasnya, katakanlah Katana ataupun minibus, Vitara akan unggul segala-galanya.
Tapi yang jelas, dengan desain lima pintu,Vitara memiliki keistimewaan yang cuma ditemukan pada sedan.
Termasuk dalam hal ini kaca pintu depan dan samping belakang.
Dari semua pintu itu, hanya kaca pintu samping belakang yang membuka separuh secara naik turun.
Kebetulan yang dites masih manual, sedangkan sekarang sudah dilengkapi power window, electric minor dan tilt steering.
Dan ini tentu sukar dicari tandingan untuk kendaraan serbaguna berukuran kompak.
Soal interior meski sederhana semua memuji kelegaan dan ergonomiknya.
Dan yang sangat menakjubkan, AC bekerja dengan sangat bagus.
Meski ruangnya besar, namun hasil pendinginan yang diberikan jauh dari cukup.
Sayangnya, tak dilengkapi dengan audio.
NYAMAN DAN NGACO
Dengan menggunakan ban serbaguna, kenyamanan yang diberikan mobil ini, baik jalan mulus maupun jelek, sangat bagus.
Hal ini tentu tak lepas dari peranan suspensinya yang setaraf dengan sedan, yaitu MacPherson strut.
Wajar kalau harga mobil menjadi mahal. Dan bukan itu saja, stabilitasnya cukup baik,
meski saat kecepatan meningkat di atas 100 km/jam, gejala limbung pun mulai dirasakan.
Tapi pengemudi yang sering membawa Katana atau minibus, dijamin lebih berani menikung secara
cepat dengan Vitara.
Begitu digenjot, Vitara seakan berlari dengan cepat. Hanya pada tahap pertama, saat pedal mulai ditekan, terasa agak kosong.
Setelah itu mobil 4x4, dengan posisi pengemudi 4x 2 cukup responsif.
Dalam tempo singkat jarum speedometemya mencapai angka 150 km/jam dengan putaran 5.000 rpm. Hebat!
Namun setelah diteliti, ternyata penunjuk jarum speedometer ngaco alias ngawur dari ukuran yang sebenarya. Penyimpangannya cukup besar.
Berdasarkan perbandingan dilakukan dengan Vericom (pengukuran dilakukan oleh akselera
tometer milik OTOMOTIF, pada 40 km/jam,mobil) terjadi penyimpangan 10 - 12 km/jam.
Angka ini terus meningkat untuk kecepatan yang lebih tinggi.
Setelah diteliti, ternyata ukuran ban diganti dari 16 menjadi 15.
Di samping itu, kembang telapak ban telah terkikis kira-kira 5 mm.
Lantaran itulah,semua patokan kemudian diambil dari Vericom, baik itu kecepatan maupun jarak tempuh (km).
MESIN
Disimpulkan, kemampuan mesin Vitara belum pas dengan perbandingan akhirnya yang dipilihkan untuk mobil ini, terutama bila digunakan di jalan aspal.
Angka perbandingan agak ketinggian. Akibatnya, meski putaran maksimum mesin (batas garis merah) 6.500 rpm, kenyataannya putaran tersebut tidak bisa dicapai.
Maksimum cuma 6.000 rpm.
Alhasil, gigi III cuma efektif digunakan di bawah 80 km/jam.
Di lain hal, mesin termasuk sangat responsif.
Namun saat dingin, penunjuk tachometernya ngaco. Meski tidak menimbulkan getaran, stasionernya (tanpa AC), seakan-akan 200 rpm.
Begitu AC dihidupkan langsung naik 900 - 1.000 rpm.
Mesin ini termasuk tenang. Saat stasioner tanpa AC, rembesan suara ke interior cuma berkisar 45 -4 7 dB.
Begitu AC hidup, langsung melonjak 53 - 55 dB.
Gangguan yang terekam dan muncul saat mobil melaju berasal dari bawah mobil.
Agaknya berasal dari sistem pemindah daya (as roda atau l kopel).
Suara memang tidak selalu muncul. Setelah beberapa waktu mobil digenjot terus dengan kecepatan tinggi, barulah suara muncul.
Ini akan hilang bila tekanan pedal gas dikurangi.
Rem, cukup baik. Namun hati-hati untuk kecepatan tinggi.
Misalnya untuk 100 km/jam, diperlukan keterampilan dan pengalaman mengemudi untuk mengendalikan mobil.
Soalnya,mobil sedikit menjadi agak liar dan pada saat akhir cenderung lari dari jalurnya. Namun untuk 80 km/jam, aman-aman saja.
Pengoperasian peralatan baik, termasuk tongkat persneling.
Untuk jenis jip, tenaga yang digunakan memindahkan posisi tongkat persneling cukupan.
Tidak terlalu keras dan juga tidak ringan.
Sayangnya, untuk pindah ke 4 x 4, free-lock harus dibebaskan dulu.
HASIL TEST
Kecepatan tertinggi tiap gigi (6 000 rpm)
Gigi
1 35 km/jam
2 70 km/jam
3 105 km/jam
4 120 km/jam (5.500 rpm)
5 132 km/jam (5.500 rpm)
Akselerasi:
0 - 400 meter 22,96 detik kecepatan tertinggi 98,4 km/jam
Akselerasi
0 -60 km/jam 9,29 detik
0-80 km/jam 14,13 km/jam
0-100 km/jam 24,34 km/jam
Penyimpangan pengukuran kecepatan pada mobil
40 km/jam - 29 km/jam
60 km/jam - 47,9 km/jam
80 km/jam - 65,8 km/jam
100 km/jam -82,2 km/jam
120 km/jam - 101,5 km/jam
100- 0 km/jam : 50 meter, 3,92 detik
80 - 0 km/jam : 38 meter, 3,22 detik
Radius putar : 5,4 meter
Kapasitas 1.590 cc SOHC, 4 silinder
Diameter x langkah 75.0 x 90.0 mm
Perbandingan kompresi 8.9 :1
Tenaga mesin maksimum 76 dk/5.400 rpm
Momen puntir maksimum 13 kgm/3 000 rpm
Sistem aliran bahanbakar karburator 2 barrel
Persneling. manual 5 maju dan 1 mundur