Otomotifnet.com - Sejak tiga bulan lalu mengalami beberapa kali erupsi, bahkan hingga saat ini masih menyandang status awas.
Banyak penduduk di wilayah kaki gunung yang mengungsi sejak November 2017.
Situasi gunung yang kurang menentu dan pemberitaan media yang cenderung berlebihan membuat wisatawan, baik dalam dan luar negeri mengurungkan niat untuk mengunjungi Bali.
Bahkan beberapa negara memberikan travel warning untuk warganya yang akan berkunjung ke Pulau Dewata.
Hal ini secara langsung melumpuhkan perekonomian Bali yang bergantung pada sektor wisata selama beberapa bulan.
Tak pelak beberapa hotel dan restoran dan mereka yang bergerak di di industri pariwisata sangat terdampak. Bahkan hingga merumahkan karyawan.
Nah..bagaimana situasi saat ini Gunung yang terletak 80 km dari Denpasar ini sih?
Otomotifnet bersama rekan-rekan dari Kawasaki Duta Intika, yang merupakan main dealer Kawasaki untuk wilayah Bali, NTT dan NTB mencoba mengintip situasi terkini Gunung Agung.
Rombongan kami yang berjumlah 5 orang mengendarai Versys 250X, Versys 650 dan W175 bertolak ke sisi terdekat Gunung Agung.
Start dari Kawasaki Duta Intika di Jl. Teuku Umar Barat, Denpasar pada Sabtu(4/2), kami langsung menuju kabupaten Karang Asem.
Jarak tempuh menuju Karang Asem kurang lebih sekitar 70 km dari Denpasar.
Biasa ditempuh kurang lebih satu jam berjalan dengan kecepatan rata-rata.
Sepanjang jalan menuju Karang Asem, tersaji pemandangan yang luar biasa indah.
Total melewati 3 Kabupaten. Yaitu Gianyar, Klungkung dan Karang Asem.
Hingga kabupaten Klungkung kami sempat singgah di Tukad Unda, Tukad yang dalam bahasa Bali berarti sungai.
Di sini salah satu jalur pembuangan lahar dingin dari gunung Agung.
Di sini kami sempat menjajal ketangguan Versys-X250, Versys 650 di jalur lahar dingin dan nggak kalah W175 pun ikut dicemplungin ke medan offroad.
Lumayan juga, dengan skill bagus, Kawasaki W175 sukses lewat di medan offroad berpasir yang dalam.
Bahkan beberapa genangan air dalam sukses dilewati.
Masuk desa Bugbug kami lagsung menuju desa sidemen dan Muncan.
Sepanjang jalan menuju Muncan banyak terdapat tenda-tenda pengungsian yang kosong.
Beberapa zona pengungsian pun tidak berpenghuni.
Akhirnya kami tiba di Muncan, zona ini kurang lebih 8 km dari Gunung Agung.
Sayang, hujan lebat langsung mengguyur. Di beberapa akses menuju Gunung Agung banyak tanda peringatan dilarang masuk tanpa pengawalan petugas
Karena hujan lebat dan kami tidak menemukan petugas yang bisa kami jadikan pemandu, kami mengurungkan niat riding hingga lereng gunung.
Kondisi gunung Agung pun saat itu tertutup awan. Bicara soal suhu saat itu..dingin luar biasa Bro...!
Perjalanan kami lanjutkan hingga tiba di Tukad Sah, ini sungai yang pertama menjadi pembuangan lahar dingin gunung Agung.
Terlihat hujan membawa banyak lahar dingin di sepanjang alirannya.
Di sini kami sempat mewawancarai salah satu Penduduk yang kebetulan sedang menyaksikan situasi Tukad Sah.
“Situasi sekarang sudah aman, walaupun masih statusnya awas, sehari bisa ada 3 sampe 4 kali gempa kecil,” ungkap Wayan Gama, salah satu warga desa Muncan yang terletak 8 km dari gunung Agung.
“Penduduk pun sudah banyak beraktivitas seperti biasa kok. Cuma ya masih waspada,” imbuhnya.
Dari sini, kami pun menuntaskan perjalanan. (Otomotifnet/Ketut)
A post shared by Athanasius ketut Hargunanto (@ketut_hargunanto) on