Ganti Nama Sampai Jadi Ormas, Inilah Sejarah Panjang XTC, Kelompok Motor Paling Ditakuti

Joni Lono Mulia - Rabu, 30 Mei 2018 | 19:02 WIB

Logo XTC Indonesia (Joni Lono Mulia - )

Untuk menjadi anggota XTC, calon anggota harus mengikuti proses penerimaan di Lembang.

Biasanya calon akan diuji ketahanan fisik seperti ditendang, diinjak dan dipukul.

Selanjutnya diadakan tes mengendarai motor ke rumah tanpa rem.

(BACA JUGA: Toyota Fortuner Dan Mitsubishi Pajero Sport Mesti Waspada, Nissan Terra Punya Peredaman Yang Keren)

Kegiatan lain dari XTC itu sepeti konvoi, adu balap dan kriminal, seperti penodongan.

Awalnya XTC yang berarti Exalt To Coitus didirikan pemuda asal Bandung sebagai bentuk identitas kelompok yang menggemari dunia otomotif.

Lambat laun organisasi non-formal ini mendapat apresiasi dari kalangan muda, utamanya remaja Sekolah Menengah Pertama dan Atas.

Kelompok XTC dalam persepsi sebagian masyarakat dianggap gangster karena aktivitas jalanan berupa kebut-kebutan, balapan liar, bahkan tindak pidana ringan hingga berat berupa aksi massa yang mengakibatkan perkelahian massal yang bisa memakan korban jiwa.

Aktivitas komunal seperti XTC mengenal terminologi Panglima Perang (Koordinator Perang) atau Rampasan Perang sebagai bagian dari hierarki dan psikologi kelompoknya.

(BACA JUGA: Berhasil Robohkan Begal, Ternyata Korban Yang Jadi Tersangka Bukan Orang Sembarangan)

Panglima Perang adalah orang yang ditunjuk berdasarkan musyawarah internal dan berkewajiban menjadi garda terdepan apabila terjadi bentrokan dengan kelompok otomotif atau gangster sejenis.

Sedangkan Rampasan Perang dalam terminologi mereka adalah upaya untuk meningkatkan harga diri sebagai penguasa wilayah tertentu.

Rampasan Perang dipandang mereka bukan aksi kriminal, rampasan perang rata-rata motor tidak untuk diperjualbelikan melainkan hanya dibakar dan sebagai penanda unjuk kekuatan kelompok.