Ganti Nama Sampai Jadi Ormas, Inilah Sejarah Panjang XTC, Kelompok Motor Paling Ditakuti

Joni Lono Mulia - Rabu, 30 Mei 2018 | 19:02 WIB

Logo XTC Indonesia (Joni Lono Mulia - )


Otomotifnet.com.com - Bandung memiliki beberapa geng motor yang paling ditakuti.

Satu di antaranya adalah XTC alias Exalt To Coitus.

Belum lama, dihebohkan oknum anggota XTC yang mengacung dan menghunuskan pedang sampai mengancam pengguna jalan di Bandung.

Akibat ulahnya itu, polisi masih memburu oknum anggota XTC tersebut karena dinilai bikin resah dan membahayakan.

(BACA JUGA: Ternyata, Pemuda Yang Acungkan Pedang Di Bandung Anggota XTC Tingkat Kecamatan, Pengurusnya Sampe Pusing Nyariin)

Dilansir dari Wikipedia, XTC merupakan komunitas otomotif yang berdiri pada tahun 1982 oleh 7 orang pemuda Bandung.

Kemudian XTC berganti nama menjadi menjadi Exalt To Creativity dengan simbol kelompok berupa bendera berwarna paling atas putih-biru, muda-biru tua.

Di tengahnya ada simbol lebah yang secara harfiah oleh anggota kelompok XTC dimaknai sebagai solidaritas antaranggota.

Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela seperti halnya lebah.

Untuk menjadi anggota XTC, calon anggota harus mengikuti proses penerimaan di Lembang.

Biasanya calon akan diuji ketahanan fisik seperti ditendang, diinjak dan dipukul.

Selanjutnya diadakan tes mengendarai motor ke rumah tanpa rem.

(BACA JUGA: Toyota Fortuner Dan Mitsubishi Pajero Sport Mesti Waspada, Nissan Terra Punya Peredaman Yang Keren)

Kegiatan lain dari XTC itu sepeti konvoi, adu balap dan kriminal, seperti penodongan.

Awalnya XTC yang berarti Exalt To Coitus didirikan pemuda asal Bandung sebagai bentuk identitas kelompok yang menggemari dunia otomotif.

Lambat laun organisasi non-formal ini mendapat apresiasi dari kalangan muda, utamanya remaja Sekolah Menengah Pertama dan Atas.

Kelompok XTC dalam persepsi sebagian masyarakat dianggap gangster karena aktivitas jalanan berupa kebut-kebutan, balapan liar, bahkan tindak pidana ringan hingga berat berupa aksi massa yang mengakibatkan perkelahian massal yang bisa memakan korban jiwa.

Aktivitas komunal seperti XTC mengenal terminologi Panglima Perang (Koordinator Perang) atau Rampasan Perang sebagai bagian dari hierarki dan psikologi kelompoknya.

(BACA JUGA: Berhasil Robohkan Begal, Ternyata Korban Yang Jadi Tersangka Bukan Orang Sembarangan)

Panglima Perang adalah orang yang ditunjuk berdasarkan musyawarah internal dan berkewajiban menjadi garda terdepan apabila terjadi bentrokan dengan kelompok otomotif atau gangster sejenis.

Sedangkan Rampasan Perang dalam terminologi mereka adalah upaya untuk meningkatkan harga diri sebagai penguasa wilayah tertentu.

Rampasan Perang dipandang mereka bukan aksi kriminal, rampasan perang rata-rata motor tidak untuk diperjualbelikan melainkan hanya dibakar dan sebagai penanda unjuk kekuatan kelompok.

Istimewa
XTC Bandung menghadiri sebuah kegiatan.

Menuju usia dekade ke-4, XTC Indonesia akhirnya mengikrarkan diri sebagai organisasi masyarakat (ormas) di tempat kelahirannya di Bandung, Minggu 7 Juni 2015.

Perubahan tersebut menjadi yang kali kedua setelah pada 23 April 2013 eks geng bermotor terbesar di Bandung ini bertransformasi menjadi organisasi kepemudaan (OKP).

"Organisasi kepemudaan tidak bisa bertahan lama karena terpatok oleh umur, sedangkan anggota XTC ada yang sudah berumur di atas 40 tahun."

"Ini wajar saja karena umur organisasi ini sudah 33 tahun," ujar Ketua Dewan Pembina XTC Indonesia, Ivan Rivky.

(BACA JUGA: Dag Dig Dug, Nasib Korban Yang Bacok Begal Bermotor Sampai Tewas Di Ujung Tanduk)

Ivan menjelaskan, XTC Indonesia mengalami perubahan karena tuntutan zaman.

Pada awal berdiri, 31 Desember 1982 silam, XTC berwujud sebagai organisasi otomotif.

Anggota organisasi ini menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Jepang dan Los Angeles, Amerika Serikat.

Dari catatan terakhir, hingga kini, anggota XTC Indonesia mencapai 200.000 di 25 provinsi di Indonesia.

Jumlah terbanyak berada di Bandung, yakni sebanyak 15.000 orang.

"Selain Jabar, kantong-kantong anggota XTC terbanyak berada di Lampung dan Bali."

"Bahkan, Riau anggotanya mencapai 4.000 orang," ujarnya.

(BACA JUGA: Jangan Sok Jagoan, Masuk Jogja Kecepatan Maksimal 40 Km/jam, Sudah Ada Aturannya)

"Namun, saat ini, kami sedang mendata ulang anggota kami."

"Targetnya, sebelum munas, data resmi anggota sudah kami pegang," ucapnya.

Namun, dalam perkembangannya, XTC dikenal menjadi geng bermotor yang meresahkan, mulai dari perang antargeng bermotor serta kerusuhan yang pernah melibatkan XTC.

Sampai akhirnya XTC bertransformasi menjadi OKP dan menjadikan organisasi ke arah yang lebih baik.

"Kami berubah ke arah lebih baik."

"Kami ingin menghilangkan stigma negatif."

"Geng motor adalah masa lalu kami yang telah kami bubarkan zamannya Pak Moeldoko dulu," tuturnya.

(BACA JUGA: Bikin Terharu, Pemilik Pasang Kamera di Punggung Anjing, Ini Yang Dilakukan Saat Mendengar Suara Mobil Tuannya Pergi)

Berbagai cara telah ditempuh XTC untuk mengubah stigma negatif.

XTC memperketat tata tertib keanggotaan dan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi, seperti polisi, TNI, termasuk pemerintah.

Ivan mengaku organisasinya siap membantu semua program pemerintah, TNI, ataupun Polri.

"Kami organisasi nonpartisan, tetapi membuka diri untuk bekerja sama dengan organisasi politik maupun nonpolitik demi terwujudnya Indonesia yang tenteram, adil, makmur, dan sejahtera dengan memegang moto 'Kekuatan dalam Persaudaraan'," katanya.

Ivan mengaku hingga kini masih ada segelintir orang yang berperilaku sebagai anggota geng bermotor.

(BACA JUGA: Resmi... Honda Forza 250 cc Sudah Dijual, Kapan Masuk Indonesia Ya?)

Mereka terkadang mengatasnamakan XTC.

Namun, pendiri XTC ini meyakinkan bahwa organisasinya sudah berubah.

Bahkan, pihak kepolisian pun sudah mengetahui mana kelompok XTC asli dan XTC palsu.