Kelebihannya sudah pasti pelek karbon jauh lebih ringan dari pelek berbahan logam, sehingga putaran roda bisa lebih enteng.
Meski begitu, kalau rusak parah pelek tidak bisa diperbaiki karena pelek karbon akan hancur jika terkena benturan dahsyat.
Hal ini juga yang menyebabkan pelek karbon tidak digunakan pada ajang balap macam MotoGP.
Namun, untuk harian tak perlu khawatir untuk menggunakan pelek karbon, apalagi buatan produsen pelek ternama macam BST atau Rotobox.
“Selama di pelek sudah tercantum JWL, pasti pelek tersebut sudah melalui uji rolling impact, jadi no worries,” lanjut Benny yang sudah memasang banyak pelek karbon pada motor pelanggannya.
JWL (Japan Light Alloy Wheel) sendiri merupakan standarisasi pelek yang di Jepang, seperti DOT pada helm.
(BACA JUGA: Kocak, Daftar Harga Cuci Motor Bikin Ketawa, Metik Nerox 12.000, Batangan 4 Tak 13.000)
Perawatan
Perawatan pelek jari-jari gampang-gampang susah dibandingkan dengan pelek racing.
Pelek jari-jari rentan berkarat jika terdapat sisa kotoran yang luput ketika dibersihkan.
Namun, ada beberapa perawatan sederhana yang dapat menjaga keawetan pelek.
Pertama, segera bersihkan pelek sesaat setelah digunakan.
“Setelah hujan atau terkena lumpur, cepat dicuci bersih pakai sabun karena kotoran yang tersisa bisa menimbulkan karat di sela jari-jari dan peleknya sendiri,” wanti Rahmat Fauzy, dari DW Custom di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Setelah itu, bisa juga menggunakan pembersih khusus pelek.
Namun perlu diingat jangan terlalu sering memakai obat pengkilap dari bahan kimia, karena untuk jangka panjang pelek akan cepat kusam dan lapisan krom menipis.
Kedua, jagalah tekanan angin ideal, karena tekanan ban yang kurang perlahan-lahan akan membuat jari-jari pelek kendur dan pelek rentan bengkok saat terkena benturan atau melibas lubang jalan.