Otomotifnet.com - Pelek merupakan salah satu komponen krusial di motor, sebagai tumpuan ban untuk menggelinding, sehingga sangat berkaitan terhadap kenyamanan hingga performa.
Tampak sederhana karena bentuknya pasti bulat, namun ternyata rumit detailnya.
Mulai dari bahan yang beragam, model yang banyak.
Jadi kali ini kami kupas semua tentang pelek motor.
Mari disimak. (Tim OTOMOTIF/Otomotifnet.com)
Seputar Ukuran Pelek
Memasang ban harus sesuai dengan ukuran pelek, tidak boleh terlalu sempit maupun terlalu lebar.
Nah, untuk mengetahui lebar sebuah pelek dapat dilihat dari angka yang tertera pada pelek tersebut.
“Biasanya ada di sekitar jari-jari pelek racing, atau di tengah dekat dengan as roda,” terang Endro Sutarno, Technical Service Division PT. Astra Honda Motor.
Cara membaca angkanya, misalnya terdapat angka 2.15x14.
Berarti 2.15 adalah satuan lebar pelek dalam inci, kemudian 14 merupakan diameter pelek.
Aldrin dari Rumah Ban Motor di Pondok Labu, Jakarta Selatan menambahkan, angka tersebut tertulis di pelek untuk memudahkan pengendara saat ingin melihat ukuran pelek.
(BACA JUGA: Bukan Pecah, Usai Cium Trotoar, Pelek Kawasaki Ninja 250 Terlipat)
Material
Dengan jenis motor yang berbeda, peruntukan motor yang berbeda, otomatis material yang digunakan juga berbeda.
Mayoritas menggunakan logam dengan proses casting.
“Proses pembuatannya dengan cara casting atau cor dengan metode gravitiy cast atau low preassure gravity cast,” terang Benny Saputra dari One3 Motoshop.
Untuk pelek high performance memiliki material yang lebih beragam, seperti aluminium, magnesium, sampai karbon.
Metode pembuatannya juga berbeda, salah satunya forging.
Benny yang juga pengimpor official pelek merek OZ Racing menuturkan, teknologi forging peruntukannya lebih ke kekuatannya dan bobot yang lebih ringan, sehingga banyak digunakan untuk motor performa tinggi.
(BACA JUGA: Sakti... Anak Muda Ditantang Berantem, Sekali Pukul Motor Lawan Hancur Kebagi Dua)
“Pelek forging atau tempa itu punya kelebihan di desain yang lebih simpel, yang berujung pada minimisasi volume dan bobot, tapi punya kekuatan yang setara,” ujarnya.
Kemudian jika dibandingkan material aluminium, pelek magnesium memiliki bobot yang lebih ringan lagi.
Namun, meski begitu ada beberapa hal yang patut diperhatikan, salah satunya rawan oksidasi.
“Harus dilindungi cat, tidak boleh terpapar bebas kalau catnya terkelupas,” wanti Benny.
Tetapi tak perlu khawatir apabila material dan proses pembuatannya bagus, pelek forging akan lebih awet jika mengalami accident, tidak sampai pecah hanya penyok pada sisinya.
Beralih ke material karbon, pelek ini dibuat dengan cetakan yang kemudian divakum.
Untuk penguat, pada bibir pelek terdapat steel belt atau sabuk baja yang melingkar di kanan dan kiri.
(BACA JUGA: Kocak, Udah Ngebut Sampe Nunduk-Nunduk, Masih Kalah Cepet Sama Bebek Angkat Roda Depan)
Kelebihannya sudah pasti pelek karbon jauh lebih ringan dari pelek berbahan logam, sehingga putaran roda bisa lebih enteng.
Meski begitu, kalau rusak parah pelek tidak bisa diperbaiki karena pelek karbon akan hancur jika terkena benturan dahsyat.
Hal ini juga yang menyebabkan pelek karbon tidak digunakan pada ajang balap macam MotoGP.
Namun, untuk harian tak perlu khawatir untuk menggunakan pelek karbon, apalagi buatan produsen pelek ternama macam BST atau Rotobox.
“Selama di pelek sudah tercantum JWL, pasti pelek tersebut sudah melalui uji rolling impact, jadi no worries,” lanjut Benny yang sudah memasang banyak pelek karbon pada motor pelanggannya.
JWL (Japan Light Alloy Wheel) sendiri merupakan standarisasi pelek yang di Jepang, seperti DOT pada helm.
(BACA JUGA: Kocak, Daftar Harga Cuci Motor Bikin Ketawa, Metik Nerox 12.000, Batangan 4 Tak 13.000)
Perawatan
Perawatan pelek jari-jari gampang-gampang susah dibandingkan dengan pelek racing.
Pelek jari-jari rentan berkarat jika terdapat sisa kotoran yang luput ketika dibersihkan.
Namun, ada beberapa perawatan sederhana yang dapat menjaga keawetan pelek.
Pertama, segera bersihkan pelek sesaat setelah digunakan.
“Setelah hujan atau terkena lumpur, cepat dicuci bersih pakai sabun karena kotoran yang tersisa bisa menimbulkan karat di sela jari-jari dan peleknya sendiri,” wanti Rahmat Fauzy, dari DW Custom di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Setelah itu, bisa juga menggunakan pembersih khusus pelek.
Namun perlu diingat jangan terlalu sering memakai obat pengkilap dari bahan kimia, karena untuk jangka panjang pelek akan cepat kusam dan lapisan krom menipis.
Kedua, jagalah tekanan angin ideal, karena tekanan ban yang kurang perlahan-lahan akan membuat jari-jari pelek kendur dan pelek rentan bengkok saat terkena benturan atau melibas lubang jalan.
“Umumnya, tekanan ban ideal untuk ban depan adalah 28 psi sedangkan 32 psi untuk belakang, bisa juga dlihat pada tabel rekomendasi yang ada di motor,” tambah Fauzy.
Ketiga, periksa kondisi kekencangan jari-jari. Seiring penggunaan, kondisi jari-jari akan berkurang kekencangannya akibat benturan dengan jalan.
Umumnya, pengecekan jari-jari ini masuk dalam prosedur pengecekan berkala di bengkel resmi atau dijasa setel pelek.
“Kalau untuk jari-jari, biasanya 6 bulan sekali dilakukan setel jari-jari untuk mengecek kekencangannya."
"Dalam kondisi dipakai atau tidak, 6 bulan itu sebenarnya dianjurkan untuk memeriksa kondisi pelek jari-jari,” kata Lerry Rahmat Rizky dari Caos Custom.
Sementara perawatan pelek racing/casting rwlatif lebih mudah. Pertama soal catnya, yang bisa kusam apabila sering dibiarkan kotor setelah kehujanan.
Jadi sebaiknya segera dibersihkan jika kotor.
(BACA JUGA: Betah Liatnya, Kawasaki Ninja 150RR Pakai Detail Mewah, Enggak Perlu Rombak Total)
Perawatan sekaligus perbaikan pelek racing ketika pelek terkena benturan, butuh penanganan khusus.
Oleh karena itu, penting sekali untuk melakukan perawatan pelek racing supaya tetap dalam keadaan baik.
Selain disetel, pelek juga perlu yang namanya balancing yang berarti menyeimbangkan, fungsinya tentu saja untuk menyeimbangkan putaran kedua roda motor. Seberapa penting sih?
“Balancing penting banget terutama untuk motor sport 150 cc ke atas, pengaruhnya sangat terasa ketika motor melaju di atas 80 km/jam biasanya akan terasa getaran pada bodi dan setang. Keuntungan lainnya jika balancing ban akan habis secara rata karena beratnya seimbang,” buka Ario Dharma Setiawan owner Rumah Ban Motor.
Kalau sudah melakukan balancing tidak boleh ditambah aksesori karena akan mengubah beban pada roda sehingga harus kembali melakukan balancing.
“Ganti cakram atau ganti pentil saja itu pasti ada perubahan bobot di roda, jadi harus kembali lakukan balancing."
"Bahkan sehabis menambal ban juga harus balancing karena ada penambahan bobot,” sahut Adiyan yudhistira salah satu mekanik di Rumah Ban Motor 2 di bilangan Pondok Kelapa, Jaktim.
(BACA JUGA: Kayak Naik Moge, Yamaha R25 Pakai Sokbreker Depan Ohlins Tabung Kecil, Pelek Honda CB1300SF)
Jari-jari VS Casting
Kedua jenis pelek ini punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kelebihan pelek jari-jari memiliki daya tahan yang lumayan cukup kuat untuk menerjang jalan yang tidak rata atau jalan yang banyak lubang.
Makanya banyak dipakai di off-road dan motocross.
“Untuk motor adventure memang dominan menggunakan pelek jari-jari, karena memang medan yang dilalui kebanyakan yaitu lumpur, bebatuan dan sebagainya, sehingga dibutuhkan pelek yang kokoh dan kuat,” ujar Lerry Rahmat Rizki dari Caos Custom.
Selain kuat, pelek jenis jari-jari juga cenderung memiliki bobot yang lebih ringan dari pelek racing. Kecuali pelek racing aftermarket berbahan eksotik.
(BACA JUGA: Edan! Kirain Monumen Kawasaki Ninja, Ternyata Ulah Anak Muda, CBR250R Juga Kena)
Di balik kelebihan, ada kekurangan pelek jari-jari. Salah satunya dalam perawatan, pembersihannya lebih rumit.
Dan jika terlambat dibersihkan, akan mudah berkarat.
Sementara pelek casting punya kelebihan tampilan yang cukup keren dan sporti, juga lebih mudah dalam perawatannya misalnya dalam mencuci peleknya.
“Juga punya kestabilan yang lebih baik karena lebih rigid sehingga pelek jenis ini banyak digunakan untuk ajang balap road race,” beber Teddy dari Jiester Motomodification.
Kekurangan pelek casting biasanya harga lebih mahal dari yang jari-jari.
Selain itu juga pelek casting juga cenderung memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan pelek jari-jari.
(BACA JUGA: Ngaku Sederhana, Taunya Honda CBR250RR Hedon, Detailnya Bikin Merinding)
Do & Dont’t
Tubeless di Pelek Jari-Jari (DO)
Pelek jari-jari memiliki banyak rongga sehingga perlu memakai ban dalam agar angin tidak keluar, ingin mengubah tubeless di pelek jari-jari? Bisa kok!
“Mengubah pelek jari-jari menjadi tubeless bisa menggunakan ban dalam yang dibelah, itu sangat aman, kami sudah bikin di banyak model sampai Harley-Davidson."
"Sampai sekarang aman saja bahkan untuk pemakaian yang cukup ekstrem seperti adventure,” sebut Ario yang sedang hobi adventure pakai Kawasaki Versys 250 kesayangannya.
Pelek jari-jari untuk dijadikan tubeless ini bisa untuk segala lebar.
“Kalau makin lebar malah makin gampang untuk dibuat tubeless, kalau pelek yang sempit lebih susah karena ban butuh tumpuan, nah di pelek yang sempit itu agak susah buat bertumpu,” lanjutnya.
(BACA JUGA: Dilema, Ayam Tetangga Naik Ke Atas Mobil, Saran Dari Orang-Orang Malah Bikin Senyum)
Ukuran Terlalu Lebar atau Sempit (DON’T)
Pelek punya banyak varian lebar yang bisa konsumen pilih, tapi harus menyesuaikan kebutuhan tidak boleh asal lebar.
“Contoh apabila pelek standar pakai ukuran ban lebih lebar makan ban akan terlihat kotak, sehingga mengurangi fungsi ban besar karena yang menapak ke aspal hanya bagian tengahnya saja dan tentu bahan bakar jadi lebih boros,” ungkap Endro Sutarno, Technical Service Division PT. Astra Honda Motor (AHM).
Selain itu pemakaian lebar pelek yang tidak sesuai mempengaruhi dari segi handling.
“Sangat berpengaruh pada performa ban dan behubungan juga dengan kontak langsung ke aspal. Kendaraan akan jadi sulit dikendarai."
"Dari segi visual pun tidak proporsional. Jika ingin modifikasi baiknya hanya naik 1 sampai 2 tingkat saja,” ujar Ridwan Arifin dari RYZ Motor di bilangan Jatiasih, Bekasi.
(BACA JUGA: Sedih... Wanita Bercadar Ditolak Ojek Online Berkali-Kali, Tapi Dugaan Penyebabnya Malah Bikin Senyum)
Pelek Premium untuk Harian (DO)
Pelek premium kini banyak hadir dan dipakai oleh motor-motor tipe sport, seperti Marchesini berbahan aluminium dan magnesium lalu Rotobox berbahan carbon composites.
Tapi apakah rekomendasi jika dipakai sehari-hari?
“Rekomen dong karena lebih keren kan dan lebih enteng, ini membuat riding makin nyaman juga tampil beda,” ujar Steven Lay owner Layz Motor di bilangan Arteri Kelapa Dua, Jakbar.
Reparasi (DO)
Dengan kondisi jalur Indonesia yang beragam tentu tidak bisa dipungkiri kalau motor akan sering melewati jalan keriting, halus, bahkan jalan lubang yang tidak dapat diprediksi. Kalau keseringan pelek bisa jadi korban nih!
“Jika ban terlalu tipis atau memang lubang yang dilewati besar, memang impact ada pada pelek, bagian pinggir pelek bisa mengangkat karena mendapat impact keras,” ujar Fajar Jaya Sukmana dari bengkel FJR Racing di bilangan Pondok Gede, Bekasi.
Kalau sudah begini tentu harus direparasi, ada berbagai macam reparasi ada yang digetok, dipanaskan, hingga dipress.
“Sebaiknya reparasi dengan cara dipress karena tekanan lebih halus dan rapi. Kalau digetok pelek akan menerima impact keras lagi dan kalau dipanaskan tentu akan merusak cat sehingga harus melakukan cat ulang,” lanjut pria kurus ini.
FJR Racing: 0856-9730-9125
Layz Motor: 0899-911-1939
One3 Motoshop: (021) 22222-610
Rumah Ban Motor (Pondok Kelapa): 0817-636-3933
Rumah Ban Motor (Pondok Labu): (021) 298-60976