Royal Enfield Himalayan, Classic Adventure Rp 100 Jutaan, Nyaman Kah?

Antonius Yuliyanto - Jumat, 23 Oktober 2020 | 22:40 WIB

Begini posisi duduk Royal Enfield Himalayan (Antonius Yuliyanto - )

Otomotifnet.com - Royal Enfield kini di bawah naungan PT Nusantara Batavia International (NBI) sebagai APM di Indonesia.

Gebrakannya NBI langsung menghadirkan varian facelift dari Himalayan.

Besutan adventure kelas menengah yang cukup populer di Indonesia ini diberikan penyegaran pada tampilan, serta beberapa fitur baru yang fungsional.

Seiring dengan bertambah fitur, banderolnya juga terkerek naik.

Baca Juga: BMW Hadirkan R 1250 RT 2021, Mesin Baru Fitur Melimpah, Segini Harganya

Himalayan kini dipasarkan dengan harga Rp 114,3 juta on the road DKI Jakarta. Naik dari harga sebelumnya Rp 101,5 juta.

Bagaimana sih impresi berkendara Himalayan baru ini?

Secara riding position, tentu saja tidak berubah, karena kaki-kaki dan sasis tidak ada ubahan.

Pengendara dengan postur badan 170 cm plus bobot 60 kg, dapat menapakkan kaki dengan mudah saat duduk di jok dengan tinggi 800 mm.

Apalagi kalau sudah memakai sepatu boots dengan sol yang lebih tebal.

 

Posisi setang tinggi dan mudah digapai membuat posisi berkendara cenderung rileks.

Busa joknya juga tebal dan empuk, bikin betah untuk jalan jauh. Dibuktikan saat turing ke Purwakarta maupun ke Lebak, bokong tetap nyaman.

Saat membawa pembonceng pun respon positif yang sama juga diutarakan oleh penumpang, yang mengaku merasa nyaman, tidak lekas lelah serta tak terasa sudah berjalan jauh.

Tapi, saat dipakai riding harian karakter handling Himalayan cenderung kaku dan berat, terutama pada kecepatan rendah.

Tampaknya itu akibat dari penggunaan roda depan dengan diameter 21 inci dan ban dual purpose, dan tentu juga dari bobot motornya sendiri yang mencapai 191 kg!

Catatan lain adalah saat berhenti cukup lama atau saat bertemu kemacetan, kaki terasa sedikit panas kena hawa mesin dan oil cooler. Tapi tenang, begitu dibawa kembali jalan, panas ini akan hilang.

Pengetesan Himalayan juga sempat hingga daerah Lebak, Banten. Di sini, motor produksi India ini menempuh jalur dua alam, karena harus melewati jalan yang tertutup longsoran tanah akibat bencana alam pada awal tahun.

Di jalur ini, grip dari ban dual purpose yang dipakai sangat menolong, bisa memberikan cengkeraman yang baik.

Lalu dengan posisi jok rendah, memudahkan saat lewat jalur sempit dan terjal dan mengharuskan jalan merayap dan kaki turun, jadi enggak jinjit!

Tapi ada kurang enaknya dengan posisi jok rendah sehingga jarak footstep jadi dekat, kaki pengendara yang punya tinggi lebih dari 170 cm jadi terlalu menekuk, lumayan bikin pegal jika perjalanan lama.

Karakter suspensi Himalayan cenderung keras untuk motor adventure.

Di depan menggunakan sok teleskopik non-adjustable dan single-shock adj preload di sisi belakang. Travelnya 200 mm di depan dan 180 mm di belakang.