Pakai Oli Mesin Lebih Encer Dari Anjuran, Ini Resiko Yang Akan Dialami

Andhika Arthawijaya - Rabu, 4 November 2020 | 22:50 WIB

Ilustrasi oli mesin 0W-20 (Andhika Arthawijaya - )

Otomotifnet.com – Sejak beberapa pabrikan merilis kendaraan yang menggunakan oli dengan viskositas encer, yakni 0W-20, tak sedikit pengguna mobil yang standarnya pakai oli lebih kental, latah ingin coba oli encer tersebut di mobilnya.

Misalnya dari pabrikan dianjurkan pakai SAE 5W-30, ini malah diganti pakai yang 0W-20.

Dengan harapan penggunaan oli encer tersebut membuat putaran mesin lebih ringan, sehingga performanya naik. Apa betul?

“Pabrikan dalam mendesain mesin, pasti juga mendesain oli yang cocok buat mesin tersebut.”

“Mesin itu akan dicoba atau ditrial, cocoknya menggunakan oli yang mana,” buka Hanifuddin, peniliti di Lembaga Minyak Bumi & Gas (Lemigas).

Baca Juga: Oli Mesin Fully Synthetic, Ternyata Belum Tentu 100% Full Sintetik!

Riyan/GridOto
Kupas tuntas soal oli kendaraan di kanal Youtube Otoproduk

Nah, ketika pabrikan merekomendasikan mesin tersebut menggunakan oli dengan spesifikasi tertentu, lanjut Hanif (sapaan akrabnya), maka kinerja mesin tersebut akan optimal menggunakan oli dengan spek tadi.

Misalnya cocoknya pakai oli yang kekentalannya 10W-30, “Ya pasnya main (kinerja optimal mesin, red) di situ,” jelas Hanif.

Sementara bila diganti yang lebih encer, lanjutnya, “Begitu oli dipakai di mesin, ia akan membentuk lapisan film untuk melindungi komponen dari gesekan,”

“Maka jika menggunakan oli yang lebih encer, lapisan film tadi akan lebih tipis, karena oli makin encer, lapisan filmnya makin tipis. Artinya, kemungkinan protection film ini sobek lebih gede,” tukas Hanif.

Resiko yang akan dihadapi jika lapisan filmnya ‘sobek’, tentu akan membuat gesekan komponen bergerak di dalam mesin jadi lebih tinggi, sehingga mempercepat keausannya.

Selain itu, penggunaan oli yang lebih encer kata pria yang sudah meneliti pelumas sejak 2006 ini, juga akan membuat suara mesin jadi lebih lebih berisik.

“Kita ibaratkan saja di atas mesin ada genangan air banyak, lalu kita tepuk, maka suaranya tentu tidak akan terlalu berisik.”

“Berbeda bila airnya sedikit, kalau kita tepuk mejanya pasti bakalan berisik,” terangnya lagi.

Baca Juga: Mobil Sudah Lebih Dari 100.000 Kilometer, Lebih Enak Pakai Oli Kental?

Andhika Arthawijaya/Otomotifnet
Jika terlanjur pakai oli encer, mesti rajin ngecek volume oli mesin lewat dipstik

Tak hanya itu, lanjut Hanif, penggunaan oli yang lebih encer juga akan membuat tingkat penguapannya jadi tinggi.

“Karena oli semakin encer, fraksi ringannya makin banyak. Fraksi ringan itu yang gampang menguap,” ujarnya.

Namun itu bila oli encer yang digunakan, punya mutu yang sama dengan oli sebelumnya (sesuai anjuran) yang lebih kental.

“Misalnya sama-sama terbuat dari bahan dasar mineral (minyak bumi), dengan mutu atau API Service yang sama,” imbuhnya.

Namun menurut Hanif, ada anomalinya, “Anomali itu enggak sesuai aturan lah ya, atau berbeda dari kebiasaan. Terutama jika membandingkan antara oli mineral dengan yang PAO-ester,” bilangnya.

Misal oli encer yang digunakan terbuat dari bahan sintetis macam PAO-Ester, maka tingkat penguapannya akan rendah.

“Karena PAO-ester ini punya karakteristik lebih tahan penguapan,” terangnya lagi.

Jadi misalnya mau mengganti oli yang lebih encer, Hanif mewanti hati-hati bila memilih yang bahannya dari mineral.

Baca Juga: Trik Mudah Mengenali Oli Mesin Bagus Atau Tidak, Begini Caranya!

Ryan/GridOto
Ilustrasi oli mesin dengan kandungan bahan sintetis PAO

“Mesti rajin-rajin cek dipstick olinya, karena tingkat penguapannya tinggi,” ucapnya.

Tuh gaes, jadi sebaiknya gunakan oli mesin yang spesifikasinya sesuai anjuran pabrik ya.

Nah, bila ingin informasi lebih lanjut oli mesin maupun transmisi, pantengi kanal Youtube Otoproduk akan tayang Jumat (6/11/2020) ini ya.

So, yang belum subscribe silahkan disubscribe dan aktifkan lonceng notifikasinya untuk mendapatkan update terbaru video dari kami.