Otomotifnet.com - Ditegaskan oleh Direktur Industri Logam Ditjen ILMATE (Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika), Kemenperin, Budi Susanto, pihaknya terus menggenjot investasi di sektor pengembangan baterai untuk kendaraan listrik.
Hal ini sebagai langkah strategis, untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam sektor industri kendaraan listrik (electric vehicle).
“Kemampuan penguasaan tenologi baterai dan keuntungan bahwa Indonesia memiliki sumber bahan baku penyusun baterai lithium seperti nikel, cobalt, mangan, alumunium dan ferrum,”
“Yang cukup melimpah merupakan kunci utama bagi Indonesia untuk menciptakan keunggulan, yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen kendaraan listrik lainnya,” papar Budi.
Baca Juga: Industri Motor Listrik Dikebut, Kemenperin Usung Circular Economy
Sementara itu, Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin, Taufiek Bawazier, menyatakan, usia baterai listrik bisa mencapai 10-15 tahun.
Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang-red). Yakni untuk memperoleh nilai tambah baru, baik berupa material di dalamnya seperti lithium, nikel, cobalt, mangan dan copper.
Masih menurut Taufiek, penguasaan teknologi recycling perlu dipikirkan dari sekarang. Seperti hydrometalurgi juga penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligent), dan robotic.
Termasuk skill baru dalam pemrosesan baterai listrik. Perlu diketahui, baterai kendaraan listrik terdiri dari cell, modul dan pack yang masing masing diikat kuat oleh perekat.
Sehingga dinilai membutuhkan keahlian khusus, mengingat prasyarat safety dan treatment baterai listrik berbeda dengan treatment baterai non-lithium.
“Setiap cell atau modul, dan pack berbeda bentuk, ada yang silinder atau prismatik. Semuanya berbeda tipe di setiap mobil listrik,” beber Taufiek, melalui pesan tertulis (9/11/2020).
Alhasil, mengingat kompleksitas proses daur ulang baterai listrik, diperlukan penggunaan teknologi modern dalam proses tersebut.
“AI dan robotik menjadi diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses daur ulang sehingga potensi kecelakaan menjadi berkurang,” imbuhnya lagi.
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Tiga Persoalan Mendera Industri Otomotif Saat Ini
Selain itu, menurut Taufiek, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik lithium dan mangan yang berupa carbonat, nikel serta cobalt, berupa sulfat yang dapat diperoleh maksimal.
Sehingga proses circular ekonominya mencapai titik optimal. “Namun demikian, yang terpenting adalah mobil listrik dan baterai listrik dapat diproduksi di dalam negeri,”
“Investasi ke arah sana tentunya dipersiapkan untuk membuka tenaga kerja dengan skill yang baru, dan meningkatkan hilirisasi sumber daya alam nasional berupa nikel, cobalt, maupun mangan,” tandasnya.