Disampaikan kembali olehnya, YLKI mencoba menakar persepsi masyarakat terkait BBM berkualitas. Pihaknya menggunakan dua instrumen, yakni melalui dialog publik dan survey.
Dialog publik dilakukan di berbagai kota. Kemudian survey dilakukan dengan mendatangi konsumen di SPBU Pertamina.
“Berhasil menjaring 797 responden di 6 provinsi dan 9 Kabupaten Kota,” beber Tulus.
Kesimpulan dari hasil survey, menurut Tulus, faktor harga masih menjadi yang dominan dalam menentukan keputusan memilih BBM.
“Semakin tinggi tingkat Pendidikan dan pendapatan responden,”
“Semakin tinggi tingkat kesadaran dan kemungkinan berpindah terkait dampak dari jenis BBM terhadap Kesehatan dan kualitas lingkungan,” imbuhnya.
Masih menurut kesimpulan survey YLKI, sebanyak 85% bersedia berpindah dengan harga selisih tertentu.
“Mereka yang paling merasakan dampak negatif BBM Premium terhadap mesin pada akhirnya memilih untuk berpindah ke pertalite,” urainya lagi.