Otomotifnet.com - Jika ditinjau dari aspek teknis, bahwa emisi gas buang kendaraan juga dipengaruhi oleh pemilihan BBM yang disesuaikan dengan rasio kompresi mesin.
Hal ini diutarakan oleh Tri Yuswidjajanto, Ahli Mesin Bakar dan Konversi Energi, Institut Teknologi Bandung (ITB). Menurutnya emisi gas buang sangat berkorelasi dengan rasio kompresi dan angka oktan.
“Ini sangat penting dipahami. Kalau kita salah BBM, misalkan untuk mobil lama kita pilih RON tinggi. Maka yang terjadi justru emisinya naik,” jelas pria yang akrab disapa Yus.
Ia merujuk lampiran data pemilihan BBM berdasarkan perbandingan rasio kompresi mesin.
Baca Juga: Toyota Avanza Gratis Biaya Uji Emisi di Auto2000, Simak Ada Syaratnya
“Kalau rasio kompresinya masih dibawah 9 bisa pakai RON 88. Tetapi kalau 10 sebaiknya pakai RON 90,”
“Antara 10-11 sebaiknya pakai RON 92. Antara 11-12 sebaiknya pakai RON 95, masih ada tapi bukan Pertamina. Kompresi diatas 12 harusnya pakai RON 98,” sambungnya lagi.
Tetapi, Ia melanjutkan, ada teknologi yang kemudian menjadi concern pilihan bahan bakar tidak hanya sekedar perbandingan kompresi.
“Contoh misalnya electronic injection, sebaiknya kita gunakan RON 92. Supercharger atau turbocharger, RON 95 atau 98."
"Teknologi direct injection maka minimum RON 98, kalau tidak performa kendaraannya akan terganggu,” urai Yus.
Demikian juga di solar. “Kalau masih dibawah 17 (rasio kompresi) bisa pakai CN 48. Antara 17-25 bisa pakai CN 51. Tapi begitu ada common rail direct injection sebaiknya minimum CN 51,”
“Dan kalau ada supercharger/turbocharger sebaiknya CN 53. Jadi ada keterkaitan antara BBM dengan teknologi mesin, dimana yang dikejar adalah emisi,” tuturnya dalam kesempatan webinar bersama YLKI (27/11/2020).