Otomotifnet.com - Workshop spesialis tuning, dyno dan wiring motor, Farm Tuning, kembali berkreasi.
Mereka menginstal sistem Throttle by Wire (TBW) pada Vespa Sprint. Hal ini diawali karena rasa penasaran dengan ECU yang didapat Farm yaitu MaxxECU.
“Kenapa TBW, karena mobil baru hampir 80 persen sudah TBW, sedangkan motor baru beberapa. Jadi sekalian belajar sistemnya,” jelas M. Saiful Bahri, kepala mekanik Farm Tuning.
Menurutnya, dengan belajar dari sekarang ke depan akan lebih siap bila mayoritas motor pakai TBW. Lantas kenapa dipasang pada Vespa Sprint?
Baca Juga: Benelli Siap Luncurkan Skutik Baru Pesaing Vespa, Namanya Panarea?
Ternyata jawabannya simpel, karena kebetulan motor yang mengganggur di bengkel yang berlokasi di Jl. Pertanian I No. 88B Lebak Bulus, Cilandak Jakarta Selatan tersebut hanya Vespa Sprint 150ie 3V keluaran 2015 ini.
Seperti apa detail pemasangannya?
MaxxECU & Harness
Sebelum memasang komponen baru, Ipul sapaan akrabnya, melepas terlebih dahulu sistem standar yang tidak dibutuhkan.
Selanjutnya Vespa Sprint ini punya sederet ‘organ’ baru yang harus dipasang.
Engine Control Unit (ECU) pakai tipe standalone MaxxECU tipe Sport asal Swedia.
Harness dan wiring dibikin sendiri dari nol, sebelumnya Ipul membeli konektor dan kabel mentah (Engine Control Harness) dahulu.
Selain harness mesin, kabel bodi (lampu-lampu, klakson) juga bikin sendiri. Kabel standar dicabut supaya mengirit ruang.
Selain itu, juga karena ECU standar Vespa menempel pada kabel standar.
Sensor input yang digunakan cukup banyak; Flywheel trigger pakai standar Vespa berikut sensor (reluctor), speed sensor standar Vespa, Accelerator pedal Position Sensor (APS) pakai Honda Integra DC5 merek Standar Motor US.
Baca Juga: Vespa Picnic Muncul di Indonesia, Basis Primavera 150, Tembus Rp 50 Juta
Untuk grip gas dan sling masih pakai bawaan Vespa karena throttle/gas ke APS masih pakai sling.
Jadi ini mirip Suzuki GSX-R1000R, sudah TBW tapi APS bukan langsung di setang, makanya masih ada kabel gas mekanis atau sling.
Beda dengan TBW umumnya seperti di Honda CBR250RR, yang APS langsung nempel di setang.
Selanjutnya, TBW pakai Bosch 32 mm dengan 2 sensor TPS output, engine temperature standar Vespa, air temperature punya mesin Honda K20 dan lambda sensor Bosch LSU 4.2.
Sebelumnya knalpot standar diganti pakai milik Vespa Sprint i-get, agar lambda sensor LSU 4.2 dapat terpasang.
Kemudian, output yang digunakan yaitu; injektor standar Vespa dengan debit bensin 135 cc/menit, pompa bensin standar Vespa, intake manifold asli Vespa, flange CNC bikinan Lima Pendawa, pengapian (ignition coil) Yamaha Lexi dan ignition amplifier/Power Igniter Haltech Triple Channel, karena motor standar igniter jadi satu di dalam ECU.
Pertimbangan pakai yang terpisah karena ECU tidak bisa mendrive koil secara langsung. Dan kalau rusak tinggal igniter saja yang diganti.
Pemasangan
Setelah sistem standar dicabut, Ipul mulai membuat mal kabel untuk routing kabel ECU ke input dan output. Dilanjutkan membuat braket untuk komponen baru.
Harness yang sudah jadi diberi sleving atau dilapis, supaya rapi dan aman serta dipasang soket dan konektor.
Baca Juga: Bagasi Vespa Panas? Pasang Peredam Kap Mobil, Suhu Langsung Turun!
Sebelum dipasang ke motor, Ipul juga melayout kabel baru di atas selembar kardus supaya tidak tertukar.
Setelah jadi, kabel difiting ke motor. Ada dua tipe harness, kabel bodi dan kabel mesin, seperti dibahas sebelumnya.
Setelah terpasang, dilanjut set up input dan output ECU. Kemudian set up idle dan cold start.
“Cold start ini hanya bisa sekali sehari, hanya dari pagi saja,” wanti pria ramah ini.
“Karena kalau mesin sudah menyala, kondisi dan suhunya sudah berubah. Suhu saat cold start contohnya dari 26 derajat ke 80 derajat,” imbuhnya.
Setelah motor menyala, lanjut dilarikan ke atas dynamometer. Diawali dengan light load dyno untuk mengecek sistem. Habis itu baru bisa full tuning seperti biasa di atas dyno.
Setelah itu, dilakukan road tuning atau tes jalan untuk mengetes driveability. “Tes jalan hasilnya dilihat di ECU logger,” tambahnya.
Dalam riset ini tentu ada kendala. Yang paling dirasakan, gas jadi lebih berat, karena per di APS aslinya untuk pedal kaki.
Selain itu, menurut Ipul fitting kabel dan braket di motor lebih susah dan lama karena tempat yang terbatas.
Namun, tentu juga diiringi dengan beberapa kelebihan. “Bisa mendapat power delivery semau kita. Dengan mengontrol bukaan TBW,” ujar Ipul.
Bisa pula dibikin punya pilihan riding mode, seperti di CBR250RR. Tapi di Vespa ini belum dikasih, dengan pertimbangan tenaga standar tidak besar, masih dapat dikontrol.
Lalu dengan TBW bukaan throttle juga bisa dibatasi. Misal ketika full throttle di putaran mesin 6-8 ribu rpm, throttle body hanya membuka 80 persen.
Jadi tenaga yang disalurkan bisa lebih terkontrol. Sistem ini juga dapat difungsinya menjadi semacam traction control.
Kalau di motor kopling atau sport, bisa pula sebagai auto blipper.
Total pengerjaan proyek TBW saat ini sudah mencapai 80 persen. Supaya akurat berikutnya akan ditambah oil pressure sensor untuk mengetahui satuan tekanan oli.
Target utamanya yaitu menyamai power dan driveability Vespa Sprint standar. Karena itu pula, mesin belum dioprek alias masih dibiarkan standar sebagai patokan.
Farm Tuning: (021) 2270-6787 / 0856-9748-2802
Penulis: Rangga