Otomotifnet.com - Ini kisah pengetesan Nissan GT-R 2008 silam di Portugal.
Para jurnalis dari berbagai belahan dunia diundang menjajal supercar tersebut di sirkuit Estoril.
Tampak dari kejauhan pintu sirkuit Estoril, Portugal kian dekat. Sirkuit ini merupakan lintasan balap Formula 1 (1984-1996) dan digunakan untuk MotoGP.
Bersama PT Nissan Motor Indonesia, OTOMOTIF mengikuti acara Nissan 360, salah satu ‘menunya’, melahap Nissan GT-R R35.
Tentu ini menyenangkan karena bisa membejeknya di trek yang aman.
HANDLINGNYA TERNYATA GAMPANG
Yang menarik, ucapan salah satu instruktur sebelum melakukan uji coba.
“Percaya tidak, anak kecil pun bisa bawa ini!” tutur Benito, instruktur sekaligus pembalap
Porsche GT dan saloon touring Protugal.
Lo, ini kan GT-R sang supercar.
Benar saja, giliran di balik kemudi, enggak beda dengan sedan di garasi rumah, semua mudah
dilakukan, enggak ada kesan sedang menunggangi mobil kencang.
Ini sih tampang sport rasa saloon. Maklum, bantingan roda pun terasa lembut. Apalagi keheningan kabin, layaknya sedan premium.
“Sekarang coba pindahkan ke R,” terang Benito, suspensi, settingan ECU serta traksi roda
pun sontak berubah.
Pas bejek gas, langsung melejit! Waduh...
Baca Juga: Laku Dan Otw Antar ke Pembeli, Nissan GT-R R34 Ringsek Duluan, Ulah Broker Keasyikan Injak Gas
Enggak heran 100 km/jam cuma butuh 3,6 detik! G-force besar, punggung pun berat dimajukan, lantaran nempel terus di sandaran jok.
Pengendalian tak merepotkan, setiap putaran setir, GT-R bermesin VR38DETT, 3.800
cc V6, twin turbo itu pun nurut.
Bahkan, saat diajak liar dengan sedikit sliding dan drift, enggak perlu koreksi berlebihan, traksi
selalu ada pada supercar berdaya 480 dk dengan penggerak 4 roda ini.
Saat downshift, enggak kalah mengasyikkan.
Girboks dual clutch dan modulnya memerintahkan mesin menaikkan rpm sesaat.
Jadi, seperti melakukan teknik heal and toe pada transmisi manual, tetapi cukup menekan
tuas paddleshift saja.
Pengereman juga sangat meyakinkan. Dari kecepatan mendekati 300 km/jam di trek lurus, lalu direm kuat, enggak ada gejala bodi nungging (dive).
Begitu kelar deselerasi, dilanjut zig-zag di antara kun dengan kecepatan 140 km/jam tetap yakin.
“Pantas kamu pede kan? Easy to handle isn’t it?” tukas Benito.
Benar juga dia.