Bukan Cari Murah, Ini Pertimbangan Sebagian Jalan Tol Pakai Beton Atau Aspal

Irsyaad Wijaya,Harun Rasyid - Senin, 26 Juli 2021 | 09:04 WIB

Ruas tol sepanjang 13,5 kilometer ini menjadi bagian dari Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) (Irsyaad Wijaya,Harun Rasyid - )

Otomotifnet.com - Bukan cari murah, ini pertimbangan sebagian jalan tol pakai beton dan aspal.

Ternyata alasannya sudah diukur dengan matang mulai beban lalu lintas sampai kontur tanahnya.

"Pertimbangan kami dalam menentukan jenis tipe perkerasan rigid (beton) atau fleksibel (aspal) dalam konstruksi jalan tol, didasarkan pada perencanaan atas beban lalu lintas (Traffic) yang akan dilayani oleh jalan tol tersebut selama usia layanannya," buka Dwimawan Heru, Corporate Communication & Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero).

"Selain itu juga berdasarkan dari kondisi tanah di sekitar daerah jalan tol yg dibangun," sambungnya saat dihubungi, (22/7/21).

"Jika traffic yang dilayani tinggi, maka direkomendasikan menggunakan tipe perkerasan beton," lanjut Heru.

Baca Juga: Enggak Bingung Lagi, Jarak Antar Rest Area di Jalan Tol Segini

Jasa Marga
Jalan Tol BORR Seksi 3A sepanjang 2,85 km, merupakan jalan tol layang (elevated toll road) yang menghubungkan Sentul–Salabenda dengan aspal

Heru mengungkapkan, material aspal dan beton di jalan tol memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

"Kelebihan jalan beton yaitu mampu menahan beban dari kendaraan bermuatan berat, lebih tahan banjir dan genangan air, bisa digunakan pada struktur tanah apapun tanpa harus memperbaiki struktur tanah di awal pembangunan tol, hingga periode perawatan yang lebih lama dibanding aspal," sebutnya.

Untuk kekurangan jalan beton, Heru menyebut jika warna beton cenderung monoton sehingga membuat nuansa jalanan terlihat gersang, dan ketika jalan beton rusak, biaya pemeliharaan cenderung mahal dan membutuhkan waktu lama saat perbaikan.

Sementara aspal diakui lebih nyaman saat dilintasi pengemudi, khususnya dengan kendaraan berbobot ringan.

"Kelebihan jalan aspal itu sangat cocok digunakan sebagai jalur lalu lintas kendaraan ringan. Ketika terjadi kerusakan, jalan aspal yang diperbaiki bisa di bagian yang rusak saja atau tidak besar seperti beton," terangnya.

"Selain itu struktur jalan aspal juga lebih halus dibanding beton," jelas Heru.

Akan tetapi jalan aspal juga memiliki kekurangan seperti tidak tahan terhadap banjir dan genangan air, kontur tanah yang akan ditimpali jalan aspal harus diratakan atau diperbaiki lebih dahulu saat pembangunan.

"Pemeliharaan untuk jalan aspal akan sering dilakukan, mengingat jalan aspal tidak sekuat jalan beton sehingga mudah mengalami kerusakan," terang Heru.

Meski begitu ia beranggapan, kedua material jalan tol tersebut dinilai sama baiknya khususnya untuk ban kendaraan.

"Dari segi ketahanan ban, setiap pabrik ban telah menguji daya tahan produksi bannya di beragam permukaan termasuk aspal maupun beton. Jadi agar permukaan ban tidak cepat habis adalah perawatan yang tepat dan gaya mengemudi," kata Heru.

Baca Juga: Bukan Tempat Bercocok Tanam, Ini Nama Dan Fungsi Jalur Menanjak di Jalan Tol

Dok. Jasa Marga
Ilustrasi. Pengerjaan rekonstruksi perkerasan beton Jalan Tol.

"Jadi selama penggunaan kendaraan tidak agresif dan dalam kecepatan yang sesuai aturan dan tidak melakukan pengereman mendadak, ketahanan ban akan terjaga dengan baik di jalan aspal maupun beton," tutupnya.