Pemilik Jip Wisata Merapi Jual Mobilnya Imbas Wisata Sepi, Harga Selakunya Saja

Naufal Shafly,Ferdian - Sabtu, 11 September 2021 | 21:15 WIB

Jip milik Siti Karunia Jip Merapi (Naufal Shafly,Ferdian - )

Otomotifnet.com - Demi menyambung hidup, banyak pemilik jip di kawasan wisata Merapi, Sleman, Yogyakarta, yang menjual mobilnya.

Hal ini dilakukan karena semenjak pandemi Covid-19, wisata Merapi ditutup dan sepi pengunjung meski sempat dibuka.

Efeknya, para pemilik tidak punya pemasukan dan terpaksa menjual mobilnya.

"Orang-orang di sini tuh bingung mau usaha apa lagi. Selain itu, namanya mobil tua kan kalau jarang dipakai juga malah gampang rusak, makanya pada dijual," ucap Siti Karunia, salah satu anggota dan pelaku wisata Merapi Lava Tour, saat dihubungi tim redaksi (11/9/2021).

Karena situasi ekonomi yang sedang turun, para pemilik jip menjual kendaraan mereka dengan harga di bawah pasaran.

"Dulu sebelum pandemi, jip tahun '80 ke atas harganya bisa di atas Rp 130 juta. Tapi kalau sekarang hanya selakunya aja. Mobilnya macam-macam, ada Toyota Hardtop, Jeep Willys, Suzuki Katana, Land Rover," kata Siti.

"Kalau bagi mereka kira-kira sudah balik modal, atau sekiranya sudah bisa untuk bayar utang dan cukup untuk modal usaha, ya mereka jual. Jadi teman-teman saya itu sudah enggak mikir harga pasaran mobilnya berapa," lanjutnya.

Baca Juga: Isi Halaman dan Garasi Rumah Ini Bernilai Miliaran, Penuh Dagangan Jip Hobi Serba Mulus

Meski begitu, Siti mengaku bersyukur, sebab dirinya belum menjual dua unit Toyota Hardtop miliknya yang juga dipakai sebagai mobil wisata di kawasan Merapi.

Lebih lanjut, ia mengatakan hingga saat ini wisata off-road Merapi masih sangat sepi pengunjung.

"Paling hanya satu atau dua orang yang datang," sebutnya.

Sehingga, para pemilik jip juga sering kali tidak mendapatkan sewa untuk mobilnya.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dialaminya beberapa tahun ke belakang.

Siti menyebut, di tahun 2013 satu unit jip rata-rata bisa mendapat 4 kali trip wisata dalam sehari.

Namun lambat laun, seiring makin banyaknya warga sekitar yang memiliki jip, rata-rata jip hanya mendapat satu trip per hari.

"Kalau sekarang ya enggak ada, pengunjungnya sepi, paling hanya satu dua aja, jadi pemilik jip semacam harus antre untuk mendapat penyewa, ini tujuannya biar pendapatannya rata," tutupnya.