3. Ditjen Migas
Investigasi oleh Kementerian ESDM dilakukan oleh Inspektur Ditjen Migas dan Anggota Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM).
Hasilnya, kebocoroan disebabkan kegagalan dari las-lasan akibat korosi.
Adapun sample yang diambil Ditjen Migas yakni plat tangki pada 5 hari setelah kebakaran, sehingga mungkin saja sudah dalam kondisi teroksidasi karena terpapar udara.
4. DNV
Hasil investigasi DNV menyatakan, penyebab kebocoran karena korosi pada dinding bagian dalam tangki yang tidak terdeteksi saat inspeksi dilakukan sebelum dinding tangki mencapai kondisi kritis, yang diakibatkan pembebanan yang melebihi batas kemampuan saat itu.
Namun, sample yang diambil adalah sample plat tangki pasca kebakaran, sama halnya seperti yang dilakukan Ditjen Migas.
Baca Juga: Baru Tahu, Sekali Jalan Truk Tangki Pertamina Bisa Angkut Beberapa Jenis BBM
Selain penyebab kebocoran tangki, Pertamina juga merilis hasil investigasi lanjutan dari dua yang menyebabkan kebakaran di Kilang Balongan, yakni LAPI ITB dan Ditjen Migas.
Pada LAPI ITB menyebutkan, penyebab kebakaran tangki karena sambaran petir atau induksi yang menimbulkan segitiga api yaitu udara, vapor dari hidrokarbon dan panas dari sambaran petir/induksi.
Hal itu mengakibatkan tangki E, F, G dan H terbakar.
Sementara Ditjen Migas menyebut, adanya unsur segitiga api yaitu dari udara, dari kebocoran HC dinding tangki dan panas yang diduga dari Trafo area SS-24, telah menyulut kebakaran.
Meski demikian, terhadap hasil dugaan dari Ditjen Migas terkait panas dari trafo, Djoko membantahnya.
Sebab saat kejadian berlangsung, trafo di area tersebut tidak dalam kondisi dialiri listrik, karena circut breker terkunci dan tidak menimbulkan panas.