"Karena semua basis tekanan oli matik CVT itu kan dikendalikan oleh sistem computerized atau sistem elektrikal," sambungnya.
"Nah, kita tahu komponen-komponen elektrikal, terutama yang hardware apalagi yang software enggak begitu tahan terhadap perubahan suhu yang ekstrim itu," terangnya.
Sementara, menurutnya komponen-komponen tadi menjadi pengendali utama dari kerja transmisi CVT tersebut yang dikhawatirkan akan berumur pendek.
Hermas melanjutkan, ternyata kerusakan pada transmisi CVT lebih massive dibanding matik konvensional.
"Hal ini karena matik konvensional basis rasio percepatannya pada planetary gear set," imbuhnya.
Baca Juga: Bedah Perbedaan Mitsubishi Xpander Facelift Setelah Pakai Transmisi CVT
Sedangkan pada transmisi CVT, menurut Hermas rasio percepatannya pada pulley assy yang terdiri dari pulley dan sabuk baja.
"Nah, pulley dan sabuk baja ini rentan banget rontok, karena antara pulley CVT dan sabuk baja menjadi satu kesatuan,"
"Jadi ketika salah satu kena, maka komponen lain akan kena imbas ikut rontok," bebernya.
Jadi ini menjadi momok menakutkan bagi transmisi CVT.
"Maka perbaikan kerusakan pada transmisi CVT jauh lebih mahal dari konvensional AT," menurut Hermas.