Berikutnya rute yang ditempuh melalui Maybrat – Manokwari – Pegunungan Arfak – Mansel – Nabire – Enarotali kemudian kembali lagi di Nabire sebagai titik finish.
Salah satu rute terberat menurutnya ketika melalui daerah bernama Gunung Pasir menuju Manokwari.
Karena sesuai namanya, jalur ini didominasi pasir dan menanjak, jadi benar-benar menguras tenaga pengendara maupun motornya.
Yang akhirnya memaksa rombongan istirahat selama 2 hari ketika sampai Manokwari, karena harus memperbaiki motor-motor yang rata-rata sampai habis kampas koplingnya.
Sementara 390 Adventure pacuannya mengalami sedikit kendala di sistem pendinginan.
“Sempat overheat tapi berhasil diperbaiki,” tutur perempuan yang tinggal di kawasan Bintaro, Jaksel ini.
Sementara jalur yang menegangkan menurutnya adalah saat akan ke Enarotali, karena dari Nabire diwanti-wanti kalau daerah tersebut cukup rawan.
Untungnya rombongan pemotor lancar tanpa kendala, yang sempat mengalami penghadangan hanya mobil logistik, karena dimintai sumbangan oleh warga lokal.
Meski begitu, dirinya merasa sangat puas bisa sampai Enarotali, selain alamnya bagus dengan adanya danau, utamanya karena di sana juga bisa ketemu langsung dengan masyarakat asli Papua lengkap dengan pakaian adatnya, seperti penggunaan Koteka.
Malah bukannya trauma dengan kondisi alam dan kondisi daerah yang masih rawan konflik, konon Agustus nanti Pinay akan kembali melanjutkan ekspedisi jalur Trans Papua.
“Pengen lagi, suka dengan suasananya yang sepi,” lanjut perempuan yang mengaku belajar naik motor saat SMA pakai Yamaha RX-King.
Benar-benar yang hebat dan berani, Kartini masa kini!