Selain itu, berkah dari harga komoditas energi seperti minyak dan gas (migas) serta batubara cukup besar sepanjang 2022 sehingga bisa mendongkrak penerimaan.
Faktor lain, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin kecil pada tahun depan, yakni ditargetkan 2,84 persen dari produk domestik bruto (PDB), membuat alokasi dana subsidi yang belum terpakai bisa digunakan untuk menurunkan harga BBM.
Dia menambahkan, idealnya harga BBM yang turun justru bisa mendorong perekonomian, laju usaha transportasi yang mulai naik paska Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut.
"Jadi penurunan harga BBM merupakan stimulus yang ditunggu pelaku usaha dan konsumen," bebernya.
"Saya lihat juga jelang tahun politik dan pergerakan harga minyak yang lebih rendah pada 2023," tutur Bhima, (1/1/23).
Dengan perkiraan harga minyak yang lebih rendah di 2023 tersebut, Bhima mengatakan, seharusnya pemerintah menurunkan harga BBM Bersubsidi.
Problemnya, tarik ulur penurunan harga BBM ini jika tidak segera dilakukan maka pemerintah akan kehilangan momentum perputaran roda ekonomi.
Bhima pun mengatakan idealnya harga Pertalite bisa turun ke Rp 8.100 per liter dari harga saat ini Rp 10.000 per liter.
Sementara harga solar bisa turun ke Rp 5.000 dari harga saat ini Rp 6.800.
Baca Juga: Puas-puasin Beli Pertalite dan Solar, Pembatasan Berlaku Tahun Depan?