"Saya nggak mau (garap). La wong minta tumbal, siapa yang mau garap," jelasnya.
Dia menceritakan jika sawah itu akan meminta tumbal kepada penggarapnya.
Awalnya, "penunggu" sawah akan memberikan hasil panen ke penggarap.
Setelah beberapa kali diberikan hasil panen, "penunggu" itu akan menemui si penggarap sawah.
"Dulu pernah ada yang garap. Setelah dua kali panenan. Jarannya (kuda peliharaannya) mati semua," tambahnya.
Saat ini, keberadaan sawah itu sudah tak bisa ditemui.
Sawah tersebut sudah tergusur proyek tol Solo-Jogja dan ditimbun tanah urug.
Kepala Desa, Kateguhan, Handoyo membenarkan hal itu.
Sebelumnya pihaknya sudah memberikan info ke pelaksana jalan tol mengenai trase yang akan dilalui jalan tol.
"Saya cerita kondisi makamnya itu seperti ini, gini-gini (angker). Tapi tidak tahu, akhirnya trase yang dipilih tetap ini (menerjang makam)," ujarnya.
Dia juga tak menampik jika sawah milik kas desa itu tak ada yang mau menggarap.
Setiap kali lelangan sawah, sawah itu tak ada yang meminati.
Bahkan, pihaknya yang meminta uang sewa hanya Rp 500 ribu setahun saja, tetap tak membuat warganya tertarik.
"Memang sawahnya itu juga angker. Pernah ada yang garap, setelah panen dua kali, terus ditemui ular raksasa (ghaib) di atasnya," tandasnya.
Baca Juga: Tol Solo-Jogja Ubah Nasib Om Kiryono, Seorang Buruh Lepas Dapat Rp 1,67 Miliar
Sumber: https://solo.tribunnews.com/2023/01/24/kisah-makam-dan-sawah-angker-di-kateguhan-boyolali-pernah-minta-tumbal-bakal-jadi-tol-solo-jogja?page=all