Otomotifnet.com – Setelah memperkenalkan 3 line up terbarunya di akhir 2022 lalu, Rabu kemarin (25/1/2023) PT Indomobil Wahana Trada selaku Agen Pemegang Merek (APM) Citroen di Indonesia, mengundang beberapa awak media untuk mencicipi rasa berkendara salah satu dari line up mereka tersebut, yakni Citroen C3.
Acara berlangsung di kawasan BSD, Tangerang, yang menghadirkan 3 unit C3.
Oiya, mobil bergenre crossover kompak yang dimasukkan ke Indonesia ini mengusung mesin bensin berkapasitas 1.199 cc.
Konfigurasi mesinnya 3 silinder segaris berkode Puretech 82, dengan klaim tenaga maksimum mencapai 80,4 dk pada 5.750 rpm dan torsi 115 Nm di 3.750 rpm.
Baca Juga: Citroen C3 Ditantang Suzuki Ignis Adu Fitur, Saling Serang Kelebihan
Pilihan transmisnya hanya ada satu macam, yakni manual (MT) 5-percepatan.
Menurut Stefan Hutahayan, Business Development Head Indomobil Group, Citroen C3 dihadirkan dalam beberapa pilihan warna keren.
Mulai dari monotone color yang terdiri dari warna Polar White, Zesty Orange, Platinum Grey dan Steel Grey.
Juga varian dual tone color dengan enam pilihan, yakni Polar White body Zesty Orange roof, Platinum Grey body with Zesty Orange roof, Steel Greey body with Zesty Orange roof.
Untuk harga, yang monotone color dilabel dengan banderol Rp 225 juta on the road DKI Jakarta.
Sedangkan dual tone seharga Rp 231 juta on the road DKI Jakarta.
Nah, dengan spek mesin dan harga segitu, artinya ia berhadapan dengan Suzuki Ignis serta duet Toyota Raize 1.2 dan Daihatsu Rocky 1.2.
Oiya, untuk Anda yang tertarik menebusnya, “Saat ini Citroen C3 sudah bisa dipesan. Unitnya sampai Maret ini, dan mulai dikirim ke konsumen pada April," jelas Stefan.
Baca Juga: Potensi Bikin Kaki Pegel, Terjawab Alasan Citroen C3 Cuma Dibekali Transmisi Manual
Dengan tampilan yang stylish tersebut, Stefan yakin Citroen C3 akan memberikan mobilitas dengan kenyamanan dan penuh gaya, serta membawa keceriaan dan mudah dijangkau oleh masyarakat luas.
Lantas bagaimana dengan rasa berkendaranya? Apakah ia menjanjikan untuk dijadikan kendaraan harian yang fun?
Kebetulan Otomotifnet.com berkesempatan merasakan impresi bekerdaranya di seputaran BSD, Tangerang.
Jujur, kami suka dengan tampilannya yang nyentrik dan stylish, terutama bagian fascianya.
Tester Otomotifnet.com yang punya tinggi badan 179 cm pun saat duduk di balik setirnya, tidak berkesan kalau mobil ini kompak. Cukup lah!
Namun yang agak menggangu adalah ketika mendengar suara mesinnya dari luar kabin.
Ya, terdengar agak kasar nih, yang sepertinya berasal dari mekanisme katupnya.
Tapi mungkin itu khas dapur pacu buatan Citroen, yang pastinya punya konstruksi berbeda dari mobil Jepang.
Baca Juga: Harga Cuma Rp 225 Juta, Bedah Keunggulan Lain Dari Citroen C3
Tapi begitu masuk di dalam kabinnya dan pintu ditutup, suara mesin tersebut seperti hilang tak berbekas. Kok bisa?
Rasanya peredaman kabin Citroen C3 ini memang juara, senyap banget cuy!
Bahkan ketika roda sudah menggelinding alias mobil dalam kondisi dijalankan, kabinnya tetap hening. Keren!
Dan ajib-nya lagi saking kedapnya, ketika mobil dipacu kencang, kami nyaris tak bisa mendengar perubahan putaran mesin.
Apalagi tampilan meter cluster-nya sangat sederhana sekali, tak ada indikator rpm alias takometer.
Sehingga awal-awal kami agak kagok untuk menentukan waktu yang tepat buat pindah gigi.
Tapi adanya suara “bib” yang sepertinya limiter untuk menandakan waktunya untuk pindah gigi, membuat kami lama-lama terbiasa.
Lalu soal akselerasi, karena saat jajal mobil ini isi kabin berisi 4 penumpang dewasa yang bobotnya lumayan gede-gede, jadinya tarikan mobil terasa agak kurang ‘nampol’.
Baca Juga: Citroen My Ami Buggy Batal Langka, Ludes Dalam 17 Menit, Bakal Diproduksi Lagi
Gigi 1 ke 2 kami rasakan rasionya cukup enteng alias pendek.
Tapi begitu dari gigi 2 ke 3 bahkan naik ke 4, napasnya terasa lebih panjang.
Tapi dari 4 ke gigi 5 rasanya kayak over drive alias cuma memperhalus saja.
Soal handling, respon dan putaran setirnya menurut kami masih pada kriteria aman, enteng dan cukup akurat.
Tapi bantingan suspensinya kami rasakan terlalu empuk nih.
Dampak positifnya sih memang nyaman ketika diajak melibas speed trap maupun jalan keriting yang kami temui di jalanan BSD.
Tapi jika kecepatan tidak telalu kencang, bagian belakang seperti terasa agak ngebuang dikit, apalagi saat menikung.
Satu lagi yang agak mengganjal di hati kami, yakni untuk penyetelan spion masih manual pakai stick dari dalam kabin, mirip Suzuki S-Presso, hehehe..
Tapi meski begitu, ia sudah dilekapi fitur leveling headlamp loh.
Meski pengaturannya masih mekanikal mengguakan knob putar yang di bawah dasbor sebelah kanan setir.
Bagaimana menurut Anda?