Potensi akan hal ini kata Bobby selalu ada, dan seringkali terlambat diketahui.
“Di Ballistic sendiri kami prediktifnya atau memperkirakan dari awal misal riba-tiba voltasenya melonjak, ataupun dari sisi humidity yang tiba-tiba turun.”
“Atau pun nanti dari grafik baterai saat lagi ngecas tiba-tiba ada trickling, itu bisa dideteksi dini pada Ballistic,” papar Bobby.
Kemudian Ballistic akan memberikan warning pada si pengguna EV langsung dengan alarm untuk segera menjauh dari kendaraan demi keamanan.
Baca Juga: Honda Kembangkan Baterai EV Ramah Lingkungan, Kerja Sama Dengan POSCO
“Tapi kalau deteksinya cuma sebatas anomali seperti baterai overheating, overcharge, atau overdischarge dan sebagainya, ia hanya akan memberikan warning, ohh ini (proses pengecasan) cukup dimatikan saja,” tambahnya.
Oiya, menurut Bobby teknologi ini sudah mengadopsi prinsip internet of things (IoT), alias bisa tersambung ke ponsel lewat aplikasi.
“Jadi ketika sensor membaca ada masalah pada beterai, di smartphone pengguna akan muncul alarm yang lumayan kecang suaranya. Meski lagi naik motor pakai helm masih tetap terdengar kuat,” bilangnya.
Saat ini kata Bobby teknologi tersebut masih terus dikembangkan dan tengah diuji pada beberapa kendaraan listrik.
“Bisa dibilang ini teknologi pengaman EV yang pertama di dunia. Dan sekarang ini untuk kerjasama mungkin masih bersifat B to B seperti pada produsen baterai EV,” pungkasnya.
Waahh.. keren juga nih. Bagaimana menurut Anda?