Yang membedakan tentu pada bagian transmisinya.
Nah, transmisi matik inilah yang butuh prasyarat tertentu supaya performanya selalu terjaga optimal.
Sebab transmisi matik mobil-mobil sekarang dikontrol 100% by system.
Dimulai dari kebutuhan tekanan olinya saat mulai injak pedal gas, lepas pedal gas, sampai akselerasi.
Makanya, sangat tidak dianjurkan langsung menjalankan mobil sesaat setelah mesinnya dinyalakan.
"Sebab biasanya saat mesin mesin baru dinyalakan, putarannya masih tinggi, sekitar 1.500 rpm." sebut Hermas.
"Saat putaran mesin tinggi ini, jika dipaksakan langsung berjalan, akan terjadi gesekan clutch di dalam transmisi secara berlebihan lantaran tekanan oli ikut tinggi untuk menekan clutch oleh piston," terang Hermas.
Ini yang dikhawatirkan akan merusak transmisi matik, "Meskipun rusaknya tidak dalam jangka pendek," tambahnya.
Selain itu, lanjutnya, di titik tertentu tekanan oli menuju clutch harus melewati komponen yang berputar.
Agar tidak terjadi kebocoran pada saat rumah kopling berputar, maka tekanan oli yang masuk ke clutch harus turun terlebih dulu, dengan cara tunggu sampai putaran mesin rendah atau ke posisi idle di kisaran 700 – 750 rpm.
Sebab bila mobil langsung dipaksakan berjalan saat rpm masih tinggi, akan terjadi guncangan yang mengakibatkan luka pada komponen di dalam transmisi.
"Bila ini terjadi terus menerus, akan berpotensi merusak tekanan oli matik," jelas Hermas lagi.
Ujung-ujungnya pemilik mobil harus keluar duit banyak untuk melakukan perbaikin transmisi matik yang biayanya tidak murah.
Selain itu, tujuan mesin dipanaskan hingga titik idle, agar kinerja mesin mencapai suhu optimal terlebih dulu, sehingga ketika digunakan akan menghasilkan performa yang maksimal.
Baca Juga: Mana Yang Benar, Ganti Oli Transmisi Matic Per 20 Ribu Km, 40-60 Ribu Km, Atau 80-100 Ribu Km?