Mencakup yang diimpor utuh alias CBU (Completely Built Up), maupun yang telah dirakit lokal atau CKD (Completely Knock Down).
Alhasil, realitas ini menjadi alarm buat pabrikan Jepang yang lebih dahulu eksis di pasar otomotif nasional.
Bukan tak mungkin pasarnya akan tergerus jika tak menyiapkan strategi.
Jangan sampai kejadian seperti yang menimpa Thailand. Seperti diketahui, berdasarkan berita dari Asia Nikkei, industri otomotif Thailand sedang terpukul.
Akibat derasnya produsen mobil listrik asal Cina. Serbuan secara besar-besaran dalam dua tahun belakangan.
Pemerintah Thailand membebaskan tarif impor dari Cina melalui Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China, dan memberikan insentif tambahan.
Baca Juga: Begini Strategi Pabrikan Mobil Listrik China Gandeng Distributor Lokal
Tak main-main, insentif tambahan tersebut sebesar 150 ribu bath per-unit mobil listrik yang dijual di negeri Gajah Putih, atau setara subsidi Rp 69.975.345 tiap unitnya.
Alhasil, menurut Departemen Cukai Thailand, sejak 2022, sudah ada 185.029 unit mobil listrik impor masuk dari Cina.
Namun mobil yang teregistrasi baru 86.043 unit. Ini menandakan ada kelebihan pasokan sampai 90 ribu unit.