Diakui Tahun Ini Berat, Menperin Imbau Industri Otomotif Hindari PHK

Harryt MR - Minggu, 24 November 2024 | 18:19 WIB

Ilustrasi pabrik Toyota di Indonesia (Harryt MR - )

Otomotifnet.com - Diakui tahun ini berat bagi industri otomotif nasional. Pasalnya sepanjang tahun 2024, khususnya di segmen kendaraan roda empat, melemahnya pasar menjadi tekanan besar.

Dampak terburuknya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menghantui ekosistem industri otomotif. Hal ini ditanggapi serius oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.

Menperin Agus mengimbau industri otomotif untuk tidak melakukan PHK terhadap karyawan, meskipun sedang menghadapi tekanan ekonomi yang berat. 

Ia mengingatkan bahwa pada masa pandemi COVID-19, tantangan yang jauh lebih besar berhasil dilewati tanpa ada PHK di sektor otomotif.

"Ketika kita menghadapi COVID-19, komunikasi kita dengan Gaikindo sangat baik, dan semua yang diharapkan pemerintah bisa direalisasikan,”

“Misalnya, ketika itu saya minta kepada Gaikindo untuk tidak ada PHK," papar Agus, di pembukaan Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024, ICE BSD City, Tangerang (22/11/2024).

Menperin Agus menegaskan bahwa saat pandemi, sektor otomotif mampu menjaga karyawannya tetap bekerja. Ia berharap komitmen yang sama dapat diterapkan dalam situasi saat ini.

Baca Juga: Pasar Mobil Meredup, Daya Beli Lemah, Butuh Solusi Doping Penjualan

"Di sektor otomotif ketika COVID-19 tidak terjadi PHK. Jadi sekarang, dengan tekanan-tekanan yang luar biasa, juga tidak boleh ada PHK," tegas Menperin Agus.

Sebagai catatan, industri otomotif saat ini mempekerjakan lebih dari 1,5 juta orang. Dengan situasi pasar yang tidak membaik, kekhawatiran akan potensi PHK terus meningkat. 

Menperin Agus berharap seluruh pelaku industri dapat menjaga stabilitas tenaga kerja agar dampak ekonomi tidak semakin meluas.

“Industri otomotif adalah tulang punggung perekonomian kita. Ketika industri ini stabil, banyak sektor lain yang juga terbantu,”

“Saya berharap semua pihak dapat bersama-sama mencari solusi untuk melewati tantangan ini tanpa harus mengorbankan para pekerja,” imbau Agus.

Seperti diketahui, penjualan mobil setiap bulan terus berada di bawah target, sehingga produsen harus menyusun strategi ekstra untuk meningkatkan daya tarik produk mereka.

Kondisi ini membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan tahunan dari 1,1 juta unit menjadi 850 ribu unit. 

Namun, hingga akhir tahun, industri masih membutuhkan penjualan sekitar 150 ribu unit untuk mencapai target baru tersebut.

Baca Juga: Ngeri Kelas Menengah Terus Melorot, Dampaknya Diungkap Pakar Retail

Agus menyebutkan bahwa tantangan ini dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat. 

"Ada yang mengatakan ini karena masalah politik, menunggu pilpres. Saya kira itu bukan penyebab utama. Penyebab utamanya adalah kelesuan pasar, artinya daya beli masyarakat melemah," ujar Agus.

Menperin Agus juga menyoroti revisi target penjualan yang dilakukan Gaikindo dapat dimaklumi. 

Namun, kondisi ini memberikan dampak besar terhadap perekonomian, terutama bagi ekosistem industri otomotif yang melibatkan banyak pihak, termasuk industri kecil menengah (IKM).

"Ekosistem backward dan forward linkage di industri otomotif sangat besar. Banyak sekali IKM yang terlibat dalam rantai pasok ini," beber Agus. 

Ia juga mengapresiasi bahwa tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari produk otomotif di Indonesia rata-rata mencapai 70 persen. 

"Artinya, rantai pasoknya sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri," imbuhnya.