Jakarta - Dulu, moge jarang ditengok lantaran faktor kesulitan suku cadang. Namun itu dulu, beda dengan sekarang, terkadang enggak peduli dengan spare-part dan tanpa surat sekalipun demi mengejar nilai prestise semata.
"Untuk harga resmi moge biasanya lebih mahal dua kali lipat dari harga kosong atau ‘bodong’. Kalau di sini, jarang sekali yang yang bersurat, kecuali pesan lewat dealer resmi," jawab Herry S yang juga penggila moge. Nah, ada beberapa tips buat yang ingin berburu moge biar enggak salah kaprah.
Walaupun Cdi-nya baru tapi soketnya rusak bisa bolak-balik beli cdi baru
Ketika bertemu dengan penjual salah satu merek moge, perhatikan surat-suratnya. Pikir kembali jika tidak ada surat kalau tidak ingin bermasalah dengan polisi. Sebab, petugas Lalin tinggal mengecek dari pelat nomor ke Samsat via hape, apakah motor ini terdaftar atau tidak?
Enggak mau kan lagi asyik ngeceng tiba-tiba dikandangin alias disita. Lebih aman bila membeli moge dari komunitas, sehingga track record-nya bisa diketahui, begitu pun suratnya.
Hal kedua adalah mesin setelah kita mengecek surat. Cara paling gampang bisa tengok lewat rembesan oli di crank case. Seumpamanya ada kebocoran, sudah pasti paking blok mesin kudu diganti. Sedangkan jeroan mesin bisa pesan lewat pertemanan di Singapura.
Pilih moge yang kondisi sil soknya tidak bocor. Perhatikan rembesan oli dari mesin, usahakan aman dari kebocoran
"Di Singapura banyak moge yang sudah ditarik oleh Negara karena masa pakainya sudah lewat. Ini bisa dimanfaatkan oleh kita sebagai suku cadang alternatif. Hati-hati, harga bisa semena-mena kalau gak kenal," jawab Rudi Gunawan dari Berkat Motor (BM).
Selain itu, kelurusan rangka juga wajib dilihat. Sebab katanya, seandainya rangka sudah di-paint, sudah pasti pernah terguling atau bekas nabrak. Buru-buru minggat deh kalau sudah begitu. Jadi usahakan rangka masih orisinal. Syukur-syukur masih mulus.
Tentu saja yang terakhir adalah budget. Cek dahulu harga pasaran moge di internet yang sesuai dengan kriteria mogenya dan jangan lupa sisakan uang untuk restorasi.
"Ini berguna buat ke depannya, sebab walaupun terlihat mulus, ada saja yang perlu diperbaiki, agar kondisi motor jadi sesuai dengan karakter si pengendaranya. Bila perlu ditambahkan dengan aksesori biar makin oke," jelas Rudi yang bermarkas di kawasan Ciledug, Tangerang.
Untuk harga per unitnya, biasanya mulai dari Rp 35 juta sampai Rp 90 juta. Contoh, untuk berkapasitas 400 cc tahun 1991 sampai 1995 Rp 20 juta - 35 juta, sedangkan 600 cc tahun 1998 Rp 60 jutaan dan 750 cc berkisar Rp 75 juta - 90 juta.
Harga tersebut dalam kondisi tanpa surat dan untuk semua merek motor gede yah. (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR