"Sejak tahun 2012-2013 kita sudah siapkan bensin RON (Research Octane Number) 90. Saat itu belum ada brand," jelasnya. "Lalu kenapa tertunda, karena handicap harga. Saat itu gap-nya masih sangat jauh dengan Premium. Sehingga kami menganggap momentumnya kurang pas," papar Iskandar.
Saat itu, Premium harganya Rp 6.500 sedang Pertamax ada di Rp 12 ribuan. Sedang saat ini, selisih Premium dan Pertamax tidak terlalu jauh, Pertalite akan berada diantara keduanya dirasa akan menjadi pilihan yang tepat bagi mereka yang menginginkan bahan bakar berkualitas baik dengan harga lebih terjangkau.
Bahan bakar ini mengakomodir mereka yang kendaraannya sudah harus menggunakan bahan bakar berkualitas baik namun secara keuangan ingin tetap berhemat. Sehingga segmen 'kompromi' antara harga dan kualiatas ini dirasa cocok dan memiliki segmen pasar cukup tinggi.
"Bahan bakar minyak berkualitas dengan RON tinggi, manfaatnya banyak. Performa mesin meningkat, konsumsi BBM lebih irit, komponen awet dan jangan lupa emisi gas buang ditekan," jelas ahli Sistem Pembangkit Daya-Perawatan Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Ir. Tri Yuswidjajanto.
Pria yang akrab disapa Pak Yus ini juga meyakini potensi pasar Pertalite cukup besar karena mayoritas kendaraan yang beredar di Indonesia adalah motor dan mobil dengan kompresi 9:1 sampai 10:1 yang membutuhkan bahan bakar dengan RON diatas 90.
Oktan menjadi penting karena makin tinggi oktan maka bensin tidak mudah terbakar sebelum waktunya. Kompresi tinggi dan suhu tinggi bisa membuat bensin terbakar lebih dulu sebelum dipantik busi. Efeknya, tenaga loyo dan boros BBM. (otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR