Jakarta - Performa mobil-mobil yang terbilang sports car, memang sudah enggak diragukan lagi. Meski demikian, masih saja pemiliknya ingin melakukan upgrade performa. Berbicara soal meningkatkan performa, sesungguhnya bukan hanya semata-mata mobil Anda jadi lebih kencang.
Ada juga yang memakai istilah upgrade performa, agar supaya tunggangannya bisa beradaptasi dengan kondisi yang ada di Tanah Air dan salah satu contohnya adalah soal suplai bahan bakar.
Berikut hal-hal mengenai upgrade performa sports car. • (otomotifnet.com)
ECU OEM
Dari PT Artha Auto (AA) selaku agen pemegang merek Lamborghini memastikan, bahwa tidak bisa melakukan upgrade terhadap ECU bawaan pabrik. Kalau itu dilakukan oleh pemilik Lamborghini, maka garansi yang diberikan akan hilang. “Unit baru yang dikeluarkan, memiliki garansi 3 tahun. Bila pemilik melakukan upgrade terhadap ECU, maka dipastikan garansinya akan gugur,” kata Resha Ahadiyat, Servis Advisor AA.
Hal senada juga diucapkan Revi Rizal, Sales Departement Sales Executive PT Citra Langgeng Otomotif (Official Ferrari Distributor Indonesia). “Jangankan upgrade ECU standar pabrik, mengganti pelek aslinya saja pabriknya enggak membolehkan. Kalau pemilik mobil yang masih ada garansinya melakukan hal tersebut, maka gugurlah garansi 3 tahun yang diberikan,” paparnya.
Meski demikian, pada dasarnya ECU bawaan pabrik itu hasil development dari vendor perangkat tersebut. Sebelum pada akhirnya unit mobil dipasarkan, maka ECU-nya dikembangkan terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan dari mesin dan perangkat lainnya.
Begitu sudah sesuai, maka hasil development ala pabrikan tersebut dikunci. Dan kemudian jadi satu dengan mobil-mobil yang sudah dipasarkan.“Sesungguhnya urusan upgrade ECU asli pabrik itu, enggak semata-mata untuk menambah performa dari mesin mobil itu sendiri,” kata Taqwa SS, tuner Garden Speed.
Mobil impor yang masuk ke Tanah Air, enggak semua setingannya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Alhasil beberapa diantaranya dipaksa untuk bisa beradaptasi yang sesungguhnya tidak sesuai dengan kebutuhan dari mesin mobil tersebut.
Salah satu contohnya adalah soal kebutuhan terhadap bahan bakar. Dimana saat ini yang tersedia secara umum adalah bensin RON 88, 92 dan 95, sementara kebutuhan yang harus dipenuhi adalah RON 97. “Maka untuk dapat menyesuaikan dengan bahan bakar yang tersedia dipasaran, dilakukan penyesuaian terhadap ECU bawaan pabrik,” papar Taqwa.
Soal remaping ECU OEM yang tidak berujung pada peningkatan performa, juga pernah dilakukan oleh Lamborghini secara internasional. “Itu saat tipe Aventador keluaran 2012 mengalami overheat. Solusi yang dilakukan adalah dengan upgrade software yang 2013 dan masalah selesai,” jelas Resha. •
PASANG PIGGYBACK/TUNING BOX
Upgrade performa pada mobil sekelas sportscar bisa juga mengandalkan piggyback atau tuning box. Penggunaan piggyback lebih praktis karena data-data mapping yang dibutuhkan sudah tersedia dari pembuatnya. Selain itu, tidak membutuhkan software yang berbeda-beda untuk melakukan tuning di banyak tipe mobil.
Pemasangan piggyback adalah dengan cara menghubungkannya ke ECU bawaan, bisa melalui kabel atau soket. Walaupun dirancang secara universal, jangan lupa untuk melakukan setting awal kepada tuner terpecaya untuk menyesuaikan jenis mobil yang anda miliki.
Baru setelah itu mulai ke tahap setting optimalisasi performa.Ada beberapa variabel yang bisa di-setting di piggyback, “Seperti pada Dastek Unichip Q4 bisa setting timing ignition, air fuel ratio, sensor oksigen, close loop timing dan injektornya. Selain itu juga bisa mengatur boost turbo secara 3D dan throttle control.” Ujar M Soleh Yusuf, tuner senior dari Sigma Speed, di Pancoran, Jaksel.
Lazimnya pemasangan piggyback dibarengi dengan dynotest supaya settingan lebih presisi. Masalah pilihan settingan disesuaikan dengan keinginan saja. Apakah anda menginginkan performa yang buas, atau mesin yang awet. Harus diketahui bahwa supercar memiliki persyaratan minimum dalam penggunaan bahan bakar, yaitu yang beroktan tinggi, bahkan di atas oktan 95.
“Bila memaksakan untuk mendapatkan performa tinggi dengan bahan bakar yang seadanya, bisa saja. Namun harus dipahami bahwa risiko yang ditanggung komponen mekanis mesin semakin tinggi, yang artinya dapat mengurangi usia mesin.” wanti Taqwa SS, tuner Garden Speed di kawasan Cilandak, Jaksel.
Sedangkan tuning box masih sejenis dengan piggyback. Dari segi fungsinya sama, juga pemasangannya yang dihubungkan ke ECU atau ke sensor-sensor di mesin. Namun yang membedakannya adalah tuning box tidak dapat di-mapping ulang kerena settingannya telah dikunci, kecuali bila anda mengorder ulang ke pabrikannya.
Untuk yang tidak memiliki waktu banyak dalam urusan mengoprek mesin namun menginginkan peningkatan performa dengan instan, tuning box cocok untuk diaplikasi. Ada harga ada kualitas, tentunya hal ini tak dapat dibantah dimanapun adanya.
Jika piggyback bisa ditebus mulai dari harga Rp. 6,5 juta hingga kisaran Rp. 50 juta tergantung merek, harga tuning box kurang lebih mencapai separuhnya. Namun pilihan setting yang lebih lengkap hanya bisa didapatkan dari piggyback ketimbang tuning box yang pilihan mapping-nya terbatas. •
MESIN
Guna mendapatkan tenaga yang lebih dibanding standar pabrik, jenis sportscar tidak berbeda dengan kendaraan pada umumnya. Tergantung seberapa hardcore ingin meraih tenaga ekstra. Jika hanya ingin bermain di stage 1, cukup mengganti exhaust system dan saringan udara.
Merek exhaust system cukup beragam. Di pasaran tersedia buatan Armytrix, Akrapovic, Kreissieg, HKS, GReddy, Remus dan masih banyak lagi. “Harganya bervariatif dari hanya Rp 5 juta hingga Rp 200 jutaan. Tergantung dari bahan dan kelengkapan. Tentunya kalau full system lebih mahal,” ungkap Dalvin Kartawidjaja, punggawa CK Motorsport di Jalan Panjang, Jakbar.
Selain meraih tenaga extra, penggunaan full system exhaust akan mereduksi bobot kendaraan. Bicara tentang saringan udara, produk yang banyak dijumpai di speed shop Tanah Air seperti HKS, A’PEXi, K&N dan BMC. Kedua merek terakhir memang spesialis pembuat saringan udara. “Sebagai contoh harga K&N untuk Lamborghini Gallardo 5200 CC V10 mencapai Rp 8,5 juta.
Kalau untuk kendaraan Jepang seperti Nissan 370Z model cold air intake dijual Rp 9 juta,” terang Wendy Muliawan dari Blue Thunder yang bermarkas di Mega Glodok Kemayoran, Jakpus.Stage 2 bisa melakukan penggantian jeroan mesin seperti camshaft, per klep, retainer bahkan klepnya.
Namun sebaiknya setelah penggantian ini harus diikuti dengan menggunakan piggyback ataupun stand alone. Bisa juga dengan chip-up, yang penting debit bensin dan waktu pengapian disesuaikan dengan kebutuhan mesin setelah modifikasi. Buat kendaraan Eropa seperti BMW dan Mercedes-Benz bisa lirik produk camshaft buatan Schrick.
Kalau kendaraan Jepang lebih banyak pilihan di market Indonesia. Sebut saja JUN, HKS, AMS, GReddy, Brian Crower dan lain sebagainya. “Tidak hanya camshaft yang perlu diganti, per klep dan retainer wajib disesuaikan karena durasi dan lift cam sudah lebih tinggi.
Kalau hanya mengganti camshaft tanpa ganti per klep dan retainer kemungkinan besar akan floating,” beber Gunawan, pemilik Premiere Autowerkz di bilangan Pluit, Jakut. Jika masih kurang bermain di stage 2 bisa pilih opsi stroker kit atau bahkan upgrade turbo. Untuk stroker kit rata-rata setiap tuner beken menjualnya.
Sebut saja Hamann untuk BMW, Brabus buat Mercedes-Benz, kalau kendaraan Jepang lebih bersifat universal. Maksudnya satu pabrikan seperti HKS ataupun JUN tidak hanya membuat satu merek kendaraan. Bahkan mereka juga membuat turbo dengan sizing lebih besar.
Otomatis boost yang dihasilkan juga lebih dahsyat. Tenaga dan torsi melonjak drastis pun mudah didapat. “Untuk tahap ini sudah harus menyiapkan dana ratusan juta rupiah,” ucap Luckas Dwinanda, tuner Engine + yang berada di Sunter, Jakut •
SUSPENSI DAN REM
Sportscar sekalipun disarankan meng-upgrade rem jika lonjakan tenaga sudah cukup besar. “Bisa pilih piringan rem bahan carbon ceramic jika ingin mendapatkan pengereman optimal. Jika menggunakan bahan carbon ceramic bisa reduksi bobot hingga 35 kg,” terang Ferry Soehari, punggawa Concept Motorsport, di Kelapa Gading, Jakut.
Merek beragam tentunya ada Brembo, AP Racing, Sicom, Wilwood dan banyak lagi. Sebagai ilustrasi merek Sicom untuk Ferarri 458 kit komplet dengan kaliper dan piringan rem carbon ceramic bisa ditebus dengan harga Rp 210 juta belum termasuk ongkos kirim dari pabriknya di Jerman.
Suspensi juga perlu di-upgrade demi menunjang kestabilan saat berkendara pada kecepatan tinggi. Bisa memilih versi coilover bagi yang belum menggunakan model ini. “Merek sangat bervariasi ada buatan Ohlins, KW Suspension, H&R, Bilstein dan lain-lain. Ada tipe 1-way, 2-way, dan 3-way dan 4-way,” jelas Michael Kristianto, salah satu dedengkot Excess Motoring Pluit, Jakut.
Tentu tipe 4-way lebih mahal karena menggunakan tabung gas tambahan dan biasanya terpisah dari tabung sokbreker. Settingan bisa dibuat lebih presisi dengan adanya rebound setting, low dan high compression setting serta preload setting.
Harganya sangat fantastis Rp 130 juta belum termasuk harga per, ongkos shipping dan bea masuk. Spring bisa di-order dengan spring rate sesuai keinginan. •
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR