Jakarta - Rencana pemerintahan Jokowi untuk segera menaikkan harga BBM Subsidi semisal Premium tentu saja meresahkan para pengguna mobil. Namun tenang saja, masih banyak cara kok untuk menyiasatinya, setidaknya membuat mobil makin irit.
Perlu sekali dibuat penyesuaian agar konsumsi tak terlalu boros atau terbuang percuma. “Secara logika hal ini bisa dihitung,” papar Taqwa dari Garden Speed di Cilandak, Jaksel.
Gunakan kiat seperti memakai pelek aftermarket berdiameter lebih kecil atau hindari ubahan yang menjurus ke performa mesin berlebihan. Intinya adalah mengembalikan bobot mobil kembali mendekati spesifikasi pabrik. Untuk itu tak perlu mengorbankan modifikasi yang sudah dilakukan.
Lewat sedikit penyesuaian, besutan tetap gaya, tetapi konsumsi bensin tak terkuras secara signifikan. Bahkan dengan kondisi mesin standar sekalipun, tetap bisa bertenaga.
Mesin
Ubahan ada pada mesin dimaksudkan untuk mengembalikan performa seperti sediakala.
Sebutlah pemakaian header aftermarket dan muffler free flow dengan diameter kolektor lebih besar, akan membuat powerband mesin bergeser.
Bila tadinya peak power bermain di rentang putaran mesin 3.000-6.000 rpm, akan bergeser menjadi lebih tinggi dengan rentang 5.000-7.500 rpm. Secara tidak langsung, header dan muffler free flow akan mengucurkan bensin lebih deras. Selain itu, suara knalpot ngebas membuat kaki malas untuk angkat gas.
Kaki-kaki
Pemakaian pelek berdiameter besar dengan ban bertapak lebih lebar dari standar juga mengkontribusi konsumsi BBM berlebihan.
Bobot pelek yang lazim 30% lebih berat dari pelek standar dan tapak ban lebar membuat akselerasi mobil melambat. Untuk bisa ‘lari’ seperti kondisi semula dibutuhkan opening throttle lebih lebar yang artinya konsumsi BBM juga lebih banyak.
Pemakaian pelek aftermarket dengan diameter lebih kecil bisa menjadi pilihan bijak. Bila sebelumnya memakai pelek di atas 18 inci, kini cukup dengan 16-17 inci. Tentunya lebar tapak ban di atas 225 juga dibuat ringkas, 215/50-17.
(mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR