Pada mobil-mobil balap, kerap dijumpai penggunaan oil catch tank. Alat tersebut berfungsi sebagai penampung uap oli dan hawa mesin, lalu kemudian dibuang ke udara bebas. Pada mobil standar, slang hawa mesin diarahkan menuju ke boks filter udara, kemudian udaranya dipakai lagi untuk proses pembakaran. Ini bertujuan agar emisi gas buang mesin lebih ramah lingkungan (gbr.1).
Sebenarnya, aplikasi oil catch tank di mobil balap lebih berfungsi agar pasokan oksigen ke dalam mesin benar-benar segar dan tidak tercampur uap oli dari slang hawa mesin.
“Uap oli dari slang hawa mesin bisa mempengaruhi performa mobil balap. Selain itu, injektor dan ruang bakar juga jadi lebih kotor karena ada campuran oli,” tutur Roni, Mekanik R Speed yang bermarkas di Jl. Basuki Rahmat, Jakarta Timur (gbr.2).
Aplikasi alat ini lebih ditujukan untuk racing, dikarenakan putaran mesin pada mobil balap lebih tinggi dari mobil harian. Otomatis, tekanan di dalam mesin juga jadi lebih tinggi dan oli berpotensi masuk ke ruang bakar lewat slang hawa mesin. Makanya udara dari mesin tersebut ditampung pada oil catch tank.
Sementara, oil catch tank kini juga banyak diaplikasi pada mobil-mobil harian. “Walau tidak ada salahnya juga. Penggunaan oil catch tank pada mobil harian lebih kepada gaya dan tampilan saja. Tapi tidak mempengaruhi performa mesin,” tambahnya. Hanya saja, dianjurkan kalau lubang pembuangannya diberi filter agar tidak mencemari udara. Jika pada mobil balap, biasanya udara langsung dilepas menggunakan slang (gbr.3)
Untuk mengaplikasi oil catch tank pun tergolong mudah dan cukup murah. Cukup sediakan tabung penampungan uap oli yang banyak dijual di pasaran. Biasanya terbuat dari almunium dan harganya sekitar Rp 300 ribuan (gbr.4). Lalu buat jasa pasangnya cukup berkisar Rp 100-200 ribu saja.
Tapi kembali lagi, peruntukkannya akan kurang maksimal, karena sebagian besar putaran mesin untuk mobil harian, biasanya masih rendah. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR